Thursday, July 23, 2009

Peranan Roh Kudus dalam Hidup Orang Percaya

Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 19/4/2009
Pengkhotbah: Pdt.Nico Ong MDiv.
Tema: Peranan Roh Kudus dalam Hidup Orang Percaya
Nats: Efesus 5:18-21

Di dalam pandangan orang Chinese, ada tiga tipe orang:

Tipe orang yang pertama, sien ce sien cie, artinya orang yang pada waktu sebelum sesuatu hal
terjadi dia sudah melihat ke depan apa yang akan dia hadapi, apa yang harus dia persiapkan.
Tipe orang yang kedua, ho ce ho cie, yaitu orang yang selalu diajak untuk belajar untuk
mempersiapkan kerohanian kita, mendisiplinkan pribadi kita, jawabannya, "Ah, hidup itu masih
panjang. Bukankah aku masih muda?" Selalu berkata, nanti saja, tomorrow will be better. Ini
adalah jenis orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Kenapa? Karena hari ini dia gagal,
tidak ada penyesalan. Tomorrow will be better. Orang seperti ini selalu menunda kesempatan,
mengira masih ada waktu bagi dia.

Tipe orang ketiga yang paling berbahaya, pu ce pu cie, orang yang cuek dan hidup untuk diri
sendiri. Kita perlu menggugah dan membangunkan orang-orang seperti ini yang tidak mau tahu
dan sangat pesimis dan pasif sekali serta kepala batu. Dia tidak tahu untuk apa dia hidup dan
dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan untuk hari depannya, dan apa yang akan dia hadapi
ke depan dia sendiripun tidak mau tahu. Itulah kebanyakan orang-orang yang dikatakan oleh
rasul Paulus 'sedang mabuk oleh anggur.' Apakah berarti kita tidak boleh minum anggur?
Minum anggur atau tidak boleh minum anggur bukan karena anggur itu salah. Apakah minum
anggur itu berdosa? Saya katakan, tidak. Karena mujizat yang Tuhan Yesus lakukan pertama
kali adalah mengubah air menjadi anggur di dalam pesta pernikahan di Kana. Jadi bukan
karena anggurnya, bukan masalah minum atau tidak minum, tetapi masalahnya adalah hati kita
pada waktu melakukan segala-galanya sebelum kita minum anggur itu.

Maka tiga tipe orang ini mengawali khotbah saya pagi ini. Bagaimana kita sebagai orang Kristen
dipersiapkan di tengah-tengah jaman ini, biar kita melihat kebenaran firman Tuhan memimpin
kita. Sebagai anak-anak Tuhan kita sudah menerima keselamatan dengan dua konsep yaitu
"getting in" dan "staying in." Kita masuk dan tinggal di dalamnya. Sekali keselamatan itu
diberikan, tidak pernah akan hilang. Seseorang yang sudah menerima Kristus dan sudah
diselamatkan, apakah nanti pada akhirnya seperti yang dikatakan oleh teologi Armenianism
yaitu jika engkau tidak baik-baik mengerjakan keselamatanmu dengan segala perbuatan baik,
dengan kekuatanmu, dengan kemampuanmu, pada akhirnya engkau tidak akan diselamatkan?
Konsep seperti ini akan membuat kita menjadi bimbang, membuat kita menjadi orang yang
tidak karuan, membuat kita seringkali menjadi berteriak-teriak kepada Tuhan, minta Roh Kudus
masuk di dalam hidup kita. Maka tidak heran di Cina selalu ada lagu "Welcome Holy Spirit,"
yang istilahnya hari ini Holy Spirit bisa singgah, tetapi nanti bisa pergi, lalu bisa ditarik kembali
dengan kekuatan magic supranatural untuk masuk. Akhirnya nanti siapa yang masuk?
Di dalam hal ini kita melihat keselamatan itu dilaksanakan oleh Tuhan, getting in and staying in,
masuk dan tinggal. Sehingga waktu kita memperoleh keselamatan, Roh Kudus tinggal di dalam
kehidupan orang percaya. Hari ini saya akan memberikan tiga hal yang Roh Kudus lakukan di
dalam hidup orang percaya.

1. The Spirit and Ethical Life.

Pada waktu seseorang diselamatkan, hidupnya bukan milik mereka lagi, tetapi Kristus diam di
dalam dirinya. Berarti keberadaan diri orang percaya itu bukan lagi dirinya sendiri tetapi Roh
Tuhan yang tinggal di tengah-tengah kehidupan kita. Namun banyak orang Kristen mengeluh,
dia sudah menjadi orang percaya tetapi seringkali kerohaniannya "up and down." Sdr sudah
menjadi orang Kristen bertahun-tahun, apakah sdr tidak pernah mengalami hal seperti ini?
Apakah ada di antara sdr yang berani mengatakan saya lebih baik daripada orang lain, saya
tidak pernah berbuat dosa, rohani saya selalu klimaks dan tidak pernah jatuh? Tidak ada. Saya
selalu mengatakan di tengah-tengah dunia ini tidak ada seorangpun yang bisa dikatakan
sempurna adanya. Semua orang pasti pernah berbuat dosa. The Spirit and Ethical Life
merupakan konsep yang sangat penting karena pada waktu seseorang dipimpin oleh Roh
Kudus dan mata rohaninya dibuka, Roh Kudus akan memimpin dia kembali, dari pasif menjadi
aktif. Tidak ada orang secara aktif melakukan kebenaran kecuali Roh Kudus mengubah dia.
Firman Tuhan mengatakan, "Tidak ada seorangpun yang baik, tidak ada seorangpun yang
benar. Semuanya sudah berbuat dosa." Maka konsep the Spirit and Ethical Life ini
mengandung dua pengertian, too easy and too hard. Dimana "easy-"nya? Karena ini lebih
bersifat individual. Pada waktu seseorang dipimpin Roh Kudus, tidak ada yang namanya
bersama-sama. Pada waktu sdr menerima kuasa keselamatan dan kuasa Roh Kudus,
semuanya bersifat individual. Ada yang menerima keselamatan waktu dia masih kecil, ada yang
sudah dewasa, atau ada yang sudah hampir meninggal baru percaya. Tetapi juga "too hard"
dalam hal terlalu sulit karena kita dihadapkan di dalam satu tantangan etika yang begitu real.
Menjadi orang Kristen bukan hanya sekedar menerima baptisan dan sesudah itu hidup suci
seperti malaikat. Orang seperti itu bisa jadi sebetulnya karena kurang sosialisasi atau kurang
pergaulan. Menjadi orang Kristen begitu sulit karena kita dihadapkan dengan tuntutan etika
yang real sekali, kita harus bertanggung jawab dan harus menjadi teladan di tengah-tengah
dunia yang berdosa ini. Ini adalah panggilan yang terlalu sulit. Tetapi itulah tantangan bagi kita.
Siapakah yang dapat memampukan kita memiliki kehidupan beretika tinggi di tengah-tengah
dunia yang berdosa ini? Peranan kuasa Roh Kudus tidak pernah tinggal diam. Dia terusmenerus
mengingatkan kita, orang-orang yang lemah ini, untuk terus bersandar kepadaNya.
Jangan mengira pendeta itu lebih hebat rohaninya daripada orang Kristen yang lain. Begitu
orang Kristen jatuh dibanding dengan orang non Kristen jatuh, jatuhnya itu berbeda. Orang non
Kristen jatuh, waktu dia berbuat dosa, dia selalu menikmati. Tetapi orang Kristen begitu jatuh,
jatuhnya bisa begitu dahsyat.

2. The Spirit and the New Covenant.

Perjanjian Allah atau the Covenant ini bukan ditulis dengan tinta dan kertas, tetapi dengan Roh
Allah yang hidup; bukan dengan loh batu melainkan di dalam loh daging yaitu hati manusia.
Bagaimanapun brengseknya sdr, bagaimanapun sdr pernah mengecap kebenaran Injil Kristus,
tetapi kemudian meninggalkan Tuhan, lalu bagaimana? Ada seorang ibu menangis kepada
saya, mengatakan anaknya sekarang sudah murtad dan meninggalkan Tuhan. Saya hanya bisa
memberikan penghiburan kepadanya, jika anaknya pernah mengalami keselamatan yang
sungguh, kalau dia pernah mengecap arti pertobatan dan pernah beriman dengan sungguh di
hadapan Tuhan, cepat atau lambat kuasa Roh Kebenaran itu tidak akan tinggal diam. Peranan
Roh Kudus tidak akan pernah menidurkan dia. Peranan Roh Kudus tidak akan pernah
membiarkan dia terus berada di dalam kegelapan. Roh Kudus akan terus-menerus
mengingatkan dia, karena hukum yang tertulis itu mematikan tetapi Roh itu menghidupkan. Roh
Kudus pasti akan membuat diri kita hidup di dalam kebenaran, hidup meresponi kebenaran
firman Tuhan, hidup meresponi apa yang menjadi amanat agung Tuhan untuk kita kerjakan.
Itulah pimpinan Roh Kudus. Sehingga kita bersyukur akan the Spirit and the New Covenant ini.
Maka etika bagi Paulus, pada waktu dia menghadapi berbagai problema di tengah-tengah
gerejanya, problema di tengah-tengah masyarakatnya, pada dasarnya bagi Paulus, masalah
etika ini dasarnya adalah persoalan teologia murni dan simple dan persoalan itu berhubungan
dengan pengetahuan akan Allah yang dapat kita pelajari dan dapat kita ketahui di dalam
keterbatasan pribadi kita. Kita harus mengakui keterbatasan kita pada waktu belajar akan
kebenaran firman Tuhan tetapi kita meminta pimpinan dari kuasa Roh Kudus itu terus-menerus
memberikan kemampuan kepada kita. Yang kita bicarakan dalam hal ini bukan persoalan etika
berdasarkan hubungan humanis saja, bukan berdasarkan undang-undang belaka. Tetapi etika
yang dimaksud di sini adalah kembali kepada persoalan teologia murni, persoalan hubungan
pribadi ktia dengan Tuhan. Di tengah-tengah dunia Barat ini bagaimana mendidik anak kita
hidup di dalam kebenaran? Sulit sekali. Sejak di dalam kandungan ibunya anak itu sudah punya
benih dosa. Tidak perlu diajar, anak sudah tahu berbuat dosa. Tidak perlu diberitahu, anak
sudah otomatis bisa berbuat jahat dan tahu melakukan pembalasan. Itu sebab orang tua
menyekolahkan anaknya supaya dia belajar berbuat baik, belajar dari orang baik. Di dalam hati
kita sedalam-dalamnya kita tahu, berbuat jahat itu gampang tetapi berbuat kebaikan itu sulitnya
bukan main. Itulah persoalan dasar teologia murni yang harus kita ketahui. Sehingga segala
sesuatu yang harus kita kembalikan kepada Pencipta kita, sang Kebenaran itu, maka seperti
kata Paulus, segala sesuatu yang engkau kerjakan di tengah-tengah dunia ini harus dengan
Tuhan. Itulah konsep yang kita mengerti di dalam point the Spirit and the New Covenant ini.
Kenapa? Karena pada waktu Allah memberikan the New Covenant ini Allah juga meminta
hubungan kita dengan Tuhan semakin hari semakin dekat.

Yang pertama, tujuan kita melakukan segala sesuatu bagi Tuhan adalah untuk memuliakan
Tuhan. Inilah tujuan hidup kita, to glorify Him. Di dalam pengakuan iman the Westminster
Confession of Faith chapter pertama, tujuan manusia diciptakan itu bukan untuk makan dan
minum saja, tetapi untuk memuliakan Tuhan.

Ada seorang ibu tua merindukan suaminya juga percaya Tuhan. Suaminya itu orang yang keras
dan begitu sulit untuk dibawa ke gereja. Seorang pria Chinese itu sangat otoriter. Isteri tidak
boleh ikut campur dan tidak boleh mengatur suami. Sudah diInjili, sudah didoakan, tidak
mempan-mempan. Seolah-olah semakin didoakan, semakin keras orang itu. Sdr pernah
memiliki pengalaman seperti ini? Sdr jangan kapok. Ini bukan karena doa kita kurang manjur,
tetapi karena seseorang yang berteriak kepada Tuhan supaya orang yang tidak bertobat ini
menerima belas kasihan dari Tuhan, Setanpun tidak tinggal diam. Kuasa kegelapan tidak
eprnah tinggal diam. Semakin didoakan, semakin keras suaminya memperlakukan dia. Maka
ibu ini memakai cara lain. Dia memasakkan makanan-makanan yang paling enak untuk
suaminya sedangkan dia sendiri hanya makan mantou. Suaminya menjadi curiga, kenapa
isterinya melakukan hal ini. Akhirnya waktu didesak, isterinya mengatakan, "Karena aku
mencintai kamu, saya tidak tahu cara yang bagaimana lagi untuk membawamu mengenal
Kristus, aku harus memberikan yang terbaik bagimu selama kamu masih hidup. Makanlah dan
nikmatilah sepuasmu selama masih ada kesempatan. Kalau saya meninggalkan dunia ini, saya
memiliki hidup yang kekal bersama Kristus. Sebagai seorang isteri yang mencintaimu, saya
begitu ingin engkau juga bisa bersamaku hidup di dalam kekekalan, tetapi engkau tidak mau.
Maka aku hanya bisa memberikan apa yang terbaik kepadamu sekarang ini." Mendengar
kalimat itu suaminya menjadi sungkan sekali, sampai akhirnya dia sendiri yang meminta
isterinya membawa dia ke gereja.

Yang kedua, segala sesuatu harus dikerjakan untuk Tuhan, itu adalah pola teladan dari Yesus
Kristus sendiri. Memang ini adalah hal yang begitu sulit, tetapi ini yang harus kita kerjakan.
Mungkin ada kekurangan tetapi kalau engkau tidak mengerjakannya sama sekali, engkau
berdosa besar. Kerjakanlah baik-baik.

Yang ketiga, prinsip kasih. Kasih itu adalah Allah sendiri, Allah yang sudah menyatakan
kasihNya ke tengah-tengah kehidupan kita. Maka inilah yang mendorong kita untuk
mengerjakan segala sesuatu untuk semata-mata memuliakan Tuhan.

3. The Spirit and Preaching.

Paulus mengajarkan beberapa sikap orang Kristen di dalam bagian ini.
Yang pertama, hendaklah kamu penuh dengan Roh. Perintah ini bukan bersifat sementara
tetapi merupakan suatu perintah yang berwenang, merupakan suatu keharusan, bukan sesuatu
yang fakultatif atau suatu pilihan belaka. Di dalam kehidupan kita yang sudah mengenal
keselamatan dan anugerah Tuhan, sdr tidak berhak untuk memilih. Allah yang berdaulat
sebelum dunia ini dijadikan, sebelum engkau dibentuk di dalam rahim ibumu, Allah sudah
memilih dan menentukan kita. Sehingga pada waktu kita melihat dua kondisi yang digambarkan
di dalam bagian Efesus ini sama-sama dipengaruhi oleh unsur luar. Yang satu digambarkan
sebagai mabuk oleh anggur, seorang peminum. Seorang alkoholik itu dipengaruhi oleh alkohol,
yang membuat dia menjadi liar, buas, tidak bermoral dan tidak terkontrol hidupnya. Bahkan
kelakuan seorang pemabuk bisa lebih jahat, lebih kejam dan lebih buruk daripada binatang.
Sedangkan sebaliknya yang satu lagi adalah seseorang yang berada di dalam pimpinan dari
kuasa Roh Kudus. Dipengaruhi oleh kuasa Roh Kudus itu berbeda total dengan orang yang
mabuk. Jika orang mabuk membuat keberadaannya seperti binatang, turning a human being
into a beast, sebaliknya orang yang penuh dengan Roh Kudus akan membuat dirinya seperti
Kristus. Kenapa? Karena karya penyelamatan Kristus itu dimulai dari dalam hati orang. Ini juga
merupakan karya pekerjaan Roh Kudus yang bekerja di dalam hatinya yang membuat dia aktif
berespons akan kebenaran Tuhan. Menjadi percaya bukan karena melihat tetapi karena
mendengar. Kalau engkau hanya percaya karena melihat, engkau akan kecewa. Tetapi kalau
engkau menjadi percaya karena engkau mendengar firman Tuhan, maka sin tao se cung tin
tao. Karena di dalam Rom.10:14-15 Paulus mengatakan hal ini. Siapa bisa percaya kalau dia
tidak mendengar firman? Yohanes Pembaptis di padang gurun meneriakkan firman Tuhan.
Demikian juga Yesus Kristus selama 3 1/2 tahun melayani hanya 35 kali melakukan mujizat,
tetapi kenapa hari ini gereja-gereja melakukan lebih banyak mujizat daripada Yesus, tetapi
mujizatnya tidak lebih daripada penipuan fenomena, pencengkraman di dalam psikologi
sehingga membuat orang takut. Maka point the Spirit and Preaching ini memperlihatkan kepada
kita orang menjadi percaya dan mengikut Kristus bukan karena kehebatan orang di dalam
memberitakan Injil. Kehebatan dia hanya karena dia dipakai Tuhan. Mereka menjadi percaya
bukan karena kemampuan kehebatan proklamasi Injil tetapi juga karena kekuatan Roh Kudus
yang memberikan kepastian yang kokoh. Menjadi seorang Reformed, kita wajib memberitakan
Injil Tuhan, harus lebih bersemangat daripada orang Kharismatik. Kenapa? Karena kita tahu
kita memberitakan kebenaran Allah. Seorang penabur yang menaburkan benih, kita tidak tahu
kapan benih itu tumbuh. Tetapi kita tahu Tuhan akan memberi pertumbuhan pada waktunya.
Karena itu kita tidak perlu takut, karena kita memberitakan Injil kepada orang-orang pilihan yang kita tidak tahu ada dimana dan kapan kita bisa ketemu mereka. Namun kita berusaha
semaksimal mungkin. Maka ada perpaduan antara the Spirit and the Preaching ini membuat
kita kembali sadar, orang yang taat kepada pimpinan Roh Kudus baru disebut orang rohani
sewaktu seluruh pikiran, perasaan, kebebasan dan jasmaninya itu diatur oleh Roh Kudus.

Sekali lagi saya mengatakan di dalam hal ini, orang yang taat kepada pimpinan Roh Kudus
baru disebut orang rohani karena pemikiran, perasaan dan kebebasan jasmaninya diatur oleh
Roh Kudus. Sdr yang dulunya pasif sekarang diaktifkan, yang dulunya tidak ada unsur keaktifan
melakukan kebenaran tetapi hanya aktif di dalam berbuat dosa, sekarang pada waktu sdr
menerima pencerahan di dalam ati pemulihan dari yang lama menjadi baru, segala
keinginanmu, segala hawa nafsu kedaginganmu Tuhan kikis sedikit demi sedikit. Proses ini
terjadi satu demi satu, tidak ada orang yang begitu dibaptis langsung berubah total seperti
malaikat. Sedikit demi sedikit, tiap hari tiap sifat Tuhan hancurkan. Ini yang diberitakan oleh
Paulus, "...bukan karena aku tetapi karena keberadaan Roh Kudus yang terus-menerus
bekerja." Sebagai orang Reformed kita harus percaya waktu kita memberitakan firman, kita
yakin ada janji Allah kepada setiap orang-orang pilihanNya. Tetapi yang perlu kita perhatikan
bahwa bekerjanya Roh Kudus melalui firman Allah memimpin manusia untuk kembali kepada
kebenaran firman Tuhan. Maka Roh Kudus dengan firman Allah itu tidak dapat dipisahkan. Roh
Kudus tidak mungkin memimpin orang melanggar kebenaran firmanNya, karena Dia adalah
Roh Kebenaran. Jika orang hanya menekankan kepenuhan kuasa Roh Kudus tetapi tidak
pernah mengajarkan kebenaran firman Tuhan, maka sangat berbahaya sekali. Roh Kudus
adalah Roh Kebenaran yang memimpin orang masuk ke dalam kebenaranNya. Kita bukan
orang pintar tetapi kita adalah orang berhikmat. Orang pintar rationya mengontrol perasaannya
lalu mengontrol tindakannya. Kita puas? Tidak.

Kita mengatakan di atas ratio masih ada kebenaran firman Tuhan, wahyu Allah, itulah yang memimpin kita hidup berhikmat. Kehendak Tuhan adalah absolut dan tidak pernah berubah tetapi pimpinan Roh Kudus itu bersifat sangat dinamis. Pimpinan kuasa Roh Kudus itu mempunyai dinamika yang tidak dapat diprediksi dan dipikirkan oleh manusia. Setiap kesaksian hidup kita berlainan. Ada yang latar belakangnya orang nakal, tetapi Tuhan bisa membawa dia berbalik kepada kebenaran. Tujuan pimpinan Roh Kudus adalah memimpin orang masuk ke dalam kehendak Tuhan yang tidak pernah berubah.

RohKudus melalui firman Tuhan memimpin ratio manusia. Tuhan menggunakan kebenaran
yang diwahyukanNya mengatur seluruh pikiran yang diciptakanNya untuk kembali kepada
kedaulatanNya. Maka pemikirannya baru mencapai pemikiran yang tertinggi. Ratio adalah
ciptaan Tuhan yang terbatas adanya, ratio tidak dapat membuat manusia mengerti keseluruhan
dari kebenaran firman Tuhan. Maka ratio bukanlah kuasa yang tertinggi, sehingga tidak ada
sesuatu yang dapat dibanggakan dari kaum Rationalisme. Kamu pintar? Tetapi kamu harus
meminta hikmat yang berasal dari Tuhan. Biarlah kita menyadari keselamatan itu begitu
berharga. Maka lakukan, kerjakan dan jangan takut mengabarkan Injil. Berani berkata-kata.
Pergilah dan lakukan panggilan Tuhan bagimu.(kz)

No comments:

Post a Comment