cont of manila manifesto
7. THE INTEGRITY OF THE WITNESSES
Nothing commends the gospel more eloquently than a transformed life, and nothing brings it into disrepute so much as personal inconsistency. We are charged to behave in a manner that is worthy of the gospel of Christ, and even to "adorn" it, enhancing its beauty by holy lives. For the watching world rightly seeks evidence to substantiate the claims which Christ's disciples make for him. A strong evidence is our integrity.
7. INTEGRITI SAKSI-SAKI
Tiada yang mampu menyokong Injil sebaik daripada suatu hidup yang telah ditransformasikan, dan tiada yang memberikan nama buruk kepadanya daripada hidup pribadi yang tidak konsisten. Kami diperintahkan untuk berkelakuan dalam cara yang layak demi Injil Kristus, bahkan mendandannya, menyerlahkan keindahan dengan kehidupan yang suci. Kerana dunia yang sedang memperhatikan sewajarnya mencari bukti untuk memperkukuhkan tuntutan-tuntutan yang murid-murid Kristus telah perkatakan tentang Dia. Suatu bukti yang kukuh adalah keintegritian kami.
Our proclamation that Christ died to bring us to God appeals to people who are spiritually thirsty, but they will not believe us if we give no evidence of knowing the living God ourselves, or if our public worship lacks reality and relevance.
Proklamasi kami yang Kristus telah mati untuk membawa kami kembali kepada Tuhan sangat menarik kepada mereka yang haus secara rohani, tetapi mereka tidak akan mempercayai kami jikalau kehidupan kami tidak mendemostrasikan bukti bahwa mengenali Tuhan yang hidup telah mengubahkan kami, atau kebaktian umum kami tiada realiti dan tidak relevan.
Our message that Christ reconciles alienated people to each other rings true only if we are seen to love and forgive one another, to serve others in humility, and to reach out beyond our own community in compassionate, costly ministry to the needy.
Khotbah kami bahwa Tuhan Yesus mempersatukan orang-orang yang telah terasing dari satu sama lain, akan lebih senang dipercayai apabila kami diperhatikan mengasihi dan mengampuni satu sama lain, untuk melayani orang lain dengan kerendahan hati, dan menjangkau luar daripada komuniti kami sendiri dalam kasih sejati, dan pelayanan yang menuntut pengorbanan terhadap mereka yang memerlukannya.
Our challenge to others to deny themselves, take up their cross and follow Christ will be plausible only if we ourselves have evidently died to selfish ambition, dishonesty and covetousness, and are living a life of simplicity, contentment and generosity.
Tantangan kami kepada orang lain untuk menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Tuhan Yesus hanya boleh dipercayai jikalau kami sendiri menunjukkan bukti bahwa kami telah mati kepada cita-cita yang mementingkan diri, ketidakjujuran, dan tamak haloba, dan sedang menjalani hidup yang penuh kesederhanaan, kepuasan hati dan murah hati.
We deplore the failures in Christian consistency which we see in both Christians and churches: material greed, professional pride and rivalry, competition in Christian service, jealousy of younger leaders, missionary paternalism, the lack of mutual accountability, the loss of Christian standards of sexuality, and racial, social and sexual discrimination. All this is worldliness, allowing the prevailing culture to subvert the church instead of the church challenging and changing the culture. We are deeply ashamed of the times when, both as individuals and in our Christian communities, we have affirmed Christ in word and denied him in deed. Our inconsistency deprives our witness of credibility. We acknowledge our continuing struggles and failures. But we also determine by God's grace to develop integrity in ourselves and in the church.
(2 Co. 6:3,4; Php. 1:27; Tit. 2:10; Col. 4:5,6; Pr. 11:3; 1 Pe. 3:18; 1 Jn. 1:5,6; 1 Co. 14:25,26; Eph. 2:14-18; Eph. 4:31-5:2; Gal. 5:13; Lk. 10:29-37; Mk. 8:34; Mt. 6:19-21; 31-33; 1 Ti. 6:6-10,17,18; Ac. 5:1-11; Php. 1:15-17; 1 Co. 5:1-13; Jas. 2:1-4; 1 Jn. 2:15-17, Mt. 5:13; Mt. 7:21-23; 1 Jn. 2:4; Eph. 4:1)
Kami amat menyesali kegagalan dalam kekonsistenan Kristian yang kami lihat di dalam orang Kristian maupun di jemaat-jemaat: kerakusan akan kebendaan, keangkuhan dan pertandingan dalam kerjaya, persaingan dalam pelayanan Kristian, kecemburuan pemimpin-pemimpin muda, para misionari yang mengongkong, kurangnya pertanggunganjawab bersama, hilangnya piawai keKristianan dalam hal seksualiti, dan diskriminasi kaum, sosial dan seksual. Semua ini adalah duniawi, membenarkan budaya masakini untuk menggulingkan jemaat, yang sepatutnya jemaatlah yang menegur dan mentransformasikan budaya. Kami merasa amat malu, apabila kami sebagai individu dan dalam komuniti Kristian kami, mengafirmasikan Tuhan Yesus dalam perkataan, tetapi menafiNya dalam perbuatan. Ketidakkonsistenan kami melemahkan dan menghilangkan kesaksian yang boleh dipercayai. Kami mengaku pergumulan dan kegagalan kami yang masih berterusan. Tapi kami juga bernekad dengan kasih karunia Tuhan untuk membina integriti dalam diri kami maupun dalam jemaat.
(2 Kor 6:3,4; Fil 1:27; Tit. 2:10; Kol 4:5,6; Am 11:3; 1 Pet 3:18; 1 Yoh 1:5,6; 1 Kor 14:25,26; Efe 2:14-18; Efe 4:31-5:2; Gal 5:13; Lk. 10:29-37; Mk. 8:34; Mt. 6:19-21; 31-33; 1 Tim 6:6-10,17,18; Kis 5:1-11; Fil 1:15-17; 1 Kor 5:1-13; Yak 2:1-4; 1Yoh 2:15-17, Mt. 5:13; Mt. 7:21-23; 1 Yoh 2:4; Efe 4:1)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment