Thursday, July 30, 2009

Bisa diterjemahkan?

Contextualization: the ‘dynamic and comprehensive process by which the gospel is incarnated within a concrete historical or cultural situation. Context is defined by ‘a variety of boundaries: regionality, nationality, culture, language, ethnicity, social and economic status, political structures, education, gender, age, religious or theological tradition, worldview or values’ (the “life world” of the audience).


The example of Jesus is foundational: as a male Palestinian Jew, in a specific time and place, he immersed himself in Jewish culture, spoke Aramaic with a Galilean accent, had distinctive physical and personality features. He became one with the weak, through ‘self-emptying’ on behalf of those he came to serve (Phil 2.6-8), and lived outside the mainstream of religious, administrative and economic power. He ‘communicated to people not in theological abstractions, but through familiar, concrete forms – miracles, illustrations from common life, proverbs and stories, .. he used the earthy images of everyday rural life. Fishing and farming, weeds and wineskins, soil and salt became the “stuff” of his theological activity. From the beginning, the gospel was voiced in local, culturally conditioned forms’ (20f). Yet as an ‘insider’ he never gave up his ‘outsider’ status that ‘challenged people to see their world from an entirely new perspective’. This tension between ‘at-homeness’ and prophetic transformation is the ‘consistent pattern of biblical contextualization’

Friday, July 24, 2009

Can someone help to translate this?

The definition of blessing is to speak well of someone, to impart good favor and to endow prosperity on someone. We use the word "blessing" as a way to make someone happy. Even in the Sermon on the Mount in Matthew 5, Jesus starts each sentence with "Blessed are they that..." (KJV). The word "blessed" is defined as "to be well off, happy, fortunate." Each person described in Matthew 5, from a worldly perspective, is not someone that seems highly favored or happy today. Who wants to "mourn, be poor in spirit, be meek or be persecuted?"

ADA SATU SOBATKU YANG SETIA



Ada satu sobatku yang setia
Tak pernah Dia tinggalkan diriku
Di waktu aku susah, waktu ku sendirian
Dia s’lalu menemani diriku


Chorus:

Nama nya Yesus, nama nya Yesus
Nama Yesus yang menghibur hatiku, oh, oh, oh, oh !
Nama nya Yesus, nama nya Yesus
Nama Yesus yang menghibur hatiku.

Thursday, July 23, 2009

Peranan Roh Kudus dalam Hidup Orang Percaya

Ringkasan Khotbah GRII Sydney, 19/4/2009
Pengkhotbah: Pdt.Nico Ong MDiv.
Tema: Peranan Roh Kudus dalam Hidup Orang Percaya
Nats: Efesus 5:18-21

Di dalam pandangan orang Chinese, ada tiga tipe orang:

Tipe orang yang pertama, sien ce sien cie, artinya orang yang pada waktu sebelum sesuatu hal
terjadi dia sudah melihat ke depan apa yang akan dia hadapi, apa yang harus dia persiapkan.
Tipe orang yang kedua, ho ce ho cie, yaitu orang yang selalu diajak untuk belajar untuk
mempersiapkan kerohanian kita, mendisiplinkan pribadi kita, jawabannya, "Ah, hidup itu masih
panjang. Bukankah aku masih muda?" Selalu berkata, nanti saja, tomorrow will be better. Ini
adalah jenis orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Kenapa? Karena hari ini dia gagal,
tidak ada penyesalan. Tomorrow will be better. Orang seperti ini selalu menunda kesempatan,
mengira masih ada waktu bagi dia.

Tipe orang ketiga yang paling berbahaya, pu ce pu cie, orang yang cuek dan hidup untuk diri
sendiri. Kita perlu menggugah dan membangunkan orang-orang seperti ini yang tidak mau tahu
dan sangat pesimis dan pasif sekali serta kepala batu. Dia tidak tahu untuk apa dia hidup dan
dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan untuk hari depannya, dan apa yang akan dia hadapi
ke depan dia sendiripun tidak mau tahu. Itulah kebanyakan orang-orang yang dikatakan oleh
rasul Paulus 'sedang mabuk oleh anggur.' Apakah berarti kita tidak boleh minum anggur?
Minum anggur atau tidak boleh minum anggur bukan karena anggur itu salah. Apakah minum
anggur itu berdosa? Saya katakan, tidak. Karena mujizat yang Tuhan Yesus lakukan pertama
kali adalah mengubah air menjadi anggur di dalam pesta pernikahan di Kana. Jadi bukan
karena anggurnya, bukan masalah minum atau tidak minum, tetapi masalahnya adalah hati kita
pada waktu melakukan segala-galanya sebelum kita minum anggur itu.

Maka tiga tipe orang ini mengawali khotbah saya pagi ini. Bagaimana kita sebagai orang Kristen
dipersiapkan di tengah-tengah jaman ini, biar kita melihat kebenaran firman Tuhan memimpin
kita. Sebagai anak-anak Tuhan kita sudah menerima keselamatan dengan dua konsep yaitu
"getting in" dan "staying in." Kita masuk dan tinggal di dalamnya. Sekali keselamatan itu
diberikan, tidak pernah akan hilang. Seseorang yang sudah menerima Kristus dan sudah
diselamatkan, apakah nanti pada akhirnya seperti yang dikatakan oleh teologi Armenianism
yaitu jika engkau tidak baik-baik mengerjakan keselamatanmu dengan segala perbuatan baik,
dengan kekuatanmu, dengan kemampuanmu, pada akhirnya engkau tidak akan diselamatkan?
Konsep seperti ini akan membuat kita menjadi bimbang, membuat kita menjadi orang yang
tidak karuan, membuat kita seringkali menjadi berteriak-teriak kepada Tuhan, minta Roh Kudus
masuk di dalam hidup kita. Maka tidak heran di Cina selalu ada lagu "Welcome Holy Spirit,"
yang istilahnya hari ini Holy Spirit bisa singgah, tetapi nanti bisa pergi, lalu bisa ditarik kembali
dengan kekuatan magic supranatural untuk masuk. Akhirnya nanti siapa yang masuk?
Di dalam hal ini kita melihat keselamatan itu dilaksanakan oleh Tuhan, getting in and staying in,
masuk dan tinggal. Sehingga waktu kita memperoleh keselamatan, Roh Kudus tinggal di dalam
kehidupan orang percaya. Hari ini saya akan memberikan tiga hal yang Roh Kudus lakukan di
dalam hidup orang percaya.

1. The Spirit and Ethical Life.

Pada waktu seseorang diselamatkan, hidupnya bukan milik mereka lagi, tetapi Kristus diam di
dalam dirinya. Berarti keberadaan diri orang percaya itu bukan lagi dirinya sendiri tetapi Roh
Tuhan yang tinggal di tengah-tengah kehidupan kita. Namun banyak orang Kristen mengeluh,
dia sudah menjadi orang percaya tetapi seringkali kerohaniannya "up and down." Sdr sudah
menjadi orang Kristen bertahun-tahun, apakah sdr tidak pernah mengalami hal seperti ini?
Apakah ada di antara sdr yang berani mengatakan saya lebih baik daripada orang lain, saya
tidak pernah berbuat dosa, rohani saya selalu klimaks dan tidak pernah jatuh? Tidak ada. Saya
selalu mengatakan di tengah-tengah dunia ini tidak ada seorangpun yang bisa dikatakan
sempurna adanya. Semua orang pasti pernah berbuat dosa. The Spirit and Ethical Life
merupakan konsep yang sangat penting karena pada waktu seseorang dipimpin oleh Roh
Kudus dan mata rohaninya dibuka, Roh Kudus akan memimpin dia kembali, dari pasif menjadi
aktif. Tidak ada orang secara aktif melakukan kebenaran kecuali Roh Kudus mengubah dia.
Firman Tuhan mengatakan, "Tidak ada seorangpun yang baik, tidak ada seorangpun yang
benar. Semuanya sudah berbuat dosa." Maka konsep the Spirit and Ethical Life ini
mengandung dua pengertian, too easy and too hard. Dimana "easy-"nya? Karena ini lebih
bersifat individual. Pada waktu seseorang dipimpin Roh Kudus, tidak ada yang namanya
bersama-sama. Pada waktu sdr menerima kuasa keselamatan dan kuasa Roh Kudus,
semuanya bersifat individual. Ada yang menerima keselamatan waktu dia masih kecil, ada yang
sudah dewasa, atau ada yang sudah hampir meninggal baru percaya. Tetapi juga "too hard"
dalam hal terlalu sulit karena kita dihadapkan di dalam satu tantangan etika yang begitu real.
Menjadi orang Kristen bukan hanya sekedar menerima baptisan dan sesudah itu hidup suci
seperti malaikat. Orang seperti itu bisa jadi sebetulnya karena kurang sosialisasi atau kurang
pergaulan. Menjadi orang Kristen begitu sulit karena kita dihadapkan dengan tuntutan etika
yang real sekali, kita harus bertanggung jawab dan harus menjadi teladan di tengah-tengah
dunia yang berdosa ini. Ini adalah panggilan yang terlalu sulit. Tetapi itulah tantangan bagi kita.
Siapakah yang dapat memampukan kita memiliki kehidupan beretika tinggi di tengah-tengah
dunia yang berdosa ini? Peranan kuasa Roh Kudus tidak pernah tinggal diam. Dia terusmenerus
mengingatkan kita, orang-orang yang lemah ini, untuk terus bersandar kepadaNya.
Jangan mengira pendeta itu lebih hebat rohaninya daripada orang Kristen yang lain. Begitu
orang Kristen jatuh dibanding dengan orang non Kristen jatuh, jatuhnya itu berbeda. Orang non
Kristen jatuh, waktu dia berbuat dosa, dia selalu menikmati. Tetapi orang Kristen begitu jatuh,
jatuhnya bisa begitu dahsyat.

2. The Spirit and the New Covenant.

Perjanjian Allah atau the Covenant ini bukan ditulis dengan tinta dan kertas, tetapi dengan Roh
Allah yang hidup; bukan dengan loh batu melainkan di dalam loh daging yaitu hati manusia.
Bagaimanapun brengseknya sdr, bagaimanapun sdr pernah mengecap kebenaran Injil Kristus,
tetapi kemudian meninggalkan Tuhan, lalu bagaimana? Ada seorang ibu menangis kepada
saya, mengatakan anaknya sekarang sudah murtad dan meninggalkan Tuhan. Saya hanya bisa
memberikan penghiburan kepadanya, jika anaknya pernah mengalami keselamatan yang
sungguh, kalau dia pernah mengecap arti pertobatan dan pernah beriman dengan sungguh di
hadapan Tuhan, cepat atau lambat kuasa Roh Kebenaran itu tidak akan tinggal diam. Peranan
Roh Kudus tidak akan pernah menidurkan dia. Peranan Roh Kudus tidak akan pernah
membiarkan dia terus berada di dalam kegelapan. Roh Kudus akan terus-menerus
mengingatkan dia, karena hukum yang tertulis itu mematikan tetapi Roh itu menghidupkan. Roh
Kudus pasti akan membuat diri kita hidup di dalam kebenaran, hidup meresponi kebenaran
firman Tuhan, hidup meresponi apa yang menjadi amanat agung Tuhan untuk kita kerjakan.
Itulah pimpinan Roh Kudus. Sehingga kita bersyukur akan the Spirit and the New Covenant ini.
Maka etika bagi Paulus, pada waktu dia menghadapi berbagai problema di tengah-tengah
gerejanya, problema di tengah-tengah masyarakatnya, pada dasarnya bagi Paulus, masalah
etika ini dasarnya adalah persoalan teologia murni dan simple dan persoalan itu berhubungan
dengan pengetahuan akan Allah yang dapat kita pelajari dan dapat kita ketahui di dalam
keterbatasan pribadi kita. Kita harus mengakui keterbatasan kita pada waktu belajar akan
kebenaran firman Tuhan tetapi kita meminta pimpinan dari kuasa Roh Kudus itu terus-menerus
memberikan kemampuan kepada kita. Yang kita bicarakan dalam hal ini bukan persoalan etika
berdasarkan hubungan humanis saja, bukan berdasarkan undang-undang belaka. Tetapi etika
yang dimaksud di sini adalah kembali kepada persoalan teologia murni, persoalan hubungan
pribadi ktia dengan Tuhan. Di tengah-tengah dunia Barat ini bagaimana mendidik anak kita
hidup di dalam kebenaran? Sulit sekali. Sejak di dalam kandungan ibunya anak itu sudah punya
benih dosa. Tidak perlu diajar, anak sudah tahu berbuat dosa. Tidak perlu diberitahu, anak
sudah otomatis bisa berbuat jahat dan tahu melakukan pembalasan. Itu sebab orang tua
menyekolahkan anaknya supaya dia belajar berbuat baik, belajar dari orang baik. Di dalam hati
kita sedalam-dalamnya kita tahu, berbuat jahat itu gampang tetapi berbuat kebaikan itu sulitnya
bukan main. Itulah persoalan dasar teologia murni yang harus kita ketahui. Sehingga segala
sesuatu yang harus kita kembalikan kepada Pencipta kita, sang Kebenaran itu, maka seperti
kata Paulus, segala sesuatu yang engkau kerjakan di tengah-tengah dunia ini harus dengan
Tuhan. Itulah konsep yang kita mengerti di dalam point the Spirit and the New Covenant ini.
Kenapa? Karena pada waktu Allah memberikan the New Covenant ini Allah juga meminta
hubungan kita dengan Tuhan semakin hari semakin dekat.

Yang pertama, tujuan kita melakukan segala sesuatu bagi Tuhan adalah untuk memuliakan
Tuhan. Inilah tujuan hidup kita, to glorify Him. Di dalam pengakuan iman the Westminster
Confession of Faith chapter pertama, tujuan manusia diciptakan itu bukan untuk makan dan
minum saja, tetapi untuk memuliakan Tuhan.

Ada seorang ibu tua merindukan suaminya juga percaya Tuhan. Suaminya itu orang yang keras
dan begitu sulit untuk dibawa ke gereja. Seorang pria Chinese itu sangat otoriter. Isteri tidak
boleh ikut campur dan tidak boleh mengatur suami. Sudah diInjili, sudah didoakan, tidak
mempan-mempan. Seolah-olah semakin didoakan, semakin keras orang itu. Sdr pernah
memiliki pengalaman seperti ini? Sdr jangan kapok. Ini bukan karena doa kita kurang manjur,
tetapi karena seseorang yang berteriak kepada Tuhan supaya orang yang tidak bertobat ini
menerima belas kasihan dari Tuhan, Setanpun tidak tinggal diam. Kuasa kegelapan tidak
eprnah tinggal diam. Semakin didoakan, semakin keras suaminya memperlakukan dia. Maka
ibu ini memakai cara lain. Dia memasakkan makanan-makanan yang paling enak untuk
suaminya sedangkan dia sendiri hanya makan mantou. Suaminya menjadi curiga, kenapa
isterinya melakukan hal ini. Akhirnya waktu didesak, isterinya mengatakan, "Karena aku
mencintai kamu, saya tidak tahu cara yang bagaimana lagi untuk membawamu mengenal
Kristus, aku harus memberikan yang terbaik bagimu selama kamu masih hidup. Makanlah dan
nikmatilah sepuasmu selama masih ada kesempatan. Kalau saya meninggalkan dunia ini, saya
memiliki hidup yang kekal bersama Kristus. Sebagai seorang isteri yang mencintaimu, saya
begitu ingin engkau juga bisa bersamaku hidup di dalam kekekalan, tetapi engkau tidak mau.
Maka aku hanya bisa memberikan apa yang terbaik kepadamu sekarang ini." Mendengar
kalimat itu suaminya menjadi sungkan sekali, sampai akhirnya dia sendiri yang meminta
isterinya membawa dia ke gereja.

Yang kedua, segala sesuatu harus dikerjakan untuk Tuhan, itu adalah pola teladan dari Yesus
Kristus sendiri. Memang ini adalah hal yang begitu sulit, tetapi ini yang harus kita kerjakan.
Mungkin ada kekurangan tetapi kalau engkau tidak mengerjakannya sama sekali, engkau
berdosa besar. Kerjakanlah baik-baik.

Yang ketiga, prinsip kasih. Kasih itu adalah Allah sendiri, Allah yang sudah menyatakan
kasihNya ke tengah-tengah kehidupan kita. Maka inilah yang mendorong kita untuk
mengerjakan segala sesuatu untuk semata-mata memuliakan Tuhan.

3. The Spirit and Preaching.

Paulus mengajarkan beberapa sikap orang Kristen di dalam bagian ini.
Yang pertama, hendaklah kamu penuh dengan Roh. Perintah ini bukan bersifat sementara
tetapi merupakan suatu perintah yang berwenang, merupakan suatu keharusan, bukan sesuatu
yang fakultatif atau suatu pilihan belaka. Di dalam kehidupan kita yang sudah mengenal
keselamatan dan anugerah Tuhan, sdr tidak berhak untuk memilih. Allah yang berdaulat
sebelum dunia ini dijadikan, sebelum engkau dibentuk di dalam rahim ibumu, Allah sudah
memilih dan menentukan kita. Sehingga pada waktu kita melihat dua kondisi yang digambarkan
di dalam bagian Efesus ini sama-sama dipengaruhi oleh unsur luar. Yang satu digambarkan
sebagai mabuk oleh anggur, seorang peminum. Seorang alkoholik itu dipengaruhi oleh alkohol,
yang membuat dia menjadi liar, buas, tidak bermoral dan tidak terkontrol hidupnya. Bahkan
kelakuan seorang pemabuk bisa lebih jahat, lebih kejam dan lebih buruk daripada binatang.
Sedangkan sebaliknya yang satu lagi adalah seseorang yang berada di dalam pimpinan dari
kuasa Roh Kudus. Dipengaruhi oleh kuasa Roh Kudus itu berbeda total dengan orang yang
mabuk. Jika orang mabuk membuat keberadaannya seperti binatang, turning a human being
into a beast, sebaliknya orang yang penuh dengan Roh Kudus akan membuat dirinya seperti
Kristus. Kenapa? Karena karya penyelamatan Kristus itu dimulai dari dalam hati orang. Ini juga
merupakan karya pekerjaan Roh Kudus yang bekerja di dalam hatinya yang membuat dia aktif
berespons akan kebenaran Tuhan. Menjadi percaya bukan karena melihat tetapi karena
mendengar. Kalau engkau hanya percaya karena melihat, engkau akan kecewa. Tetapi kalau
engkau menjadi percaya karena engkau mendengar firman Tuhan, maka sin tao se cung tin
tao. Karena di dalam Rom.10:14-15 Paulus mengatakan hal ini. Siapa bisa percaya kalau dia
tidak mendengar firman? Yohanes Pembaptis di padang gurun meneriakkan firman Tuhan.
Demikian juga Yesus Kristus selama 3 1/2 tahun melayani hanya 35 kali melakukan mujizat,
tetapi kenapa hari ini gereja-gereja melakukan lebih banyak mujizat daripada Yesus, tetapi
mujizatnya tidak lebih daripada penipuan fenomena, pencengkraman di dalam psikologi
sehingga membuat orang takut. Maka point the Spirit and Preaching ini memperlihatkan kepada
kita orang menjadi percaya dan mengikut Kristus bukan karena kehebatan orang di dalam
memberitakan Injil. Kehebatan dia hanya karena dia dipakai Tuhan. Mereka menjadi percaya
bukan karena kemampuan kehebatan proklamasi Injil tetapi juga karena kekuatan Roh Kudus
yang memberikan kepastian yang kokoh. Menjadi seorang Reformed, kita wajib memberitakan
Injil Tuhan, harus lebih bersemangat daripada orang Kharismatik. Kenapa? Karena kita tahu
kita memberitakan kebenaran Allah. Seorang penabur yang menaburkan benih, kita tidak tahu
kapan benih itu tumbuh. Tetapi kita tahu Tuhan akan memberi pertumbuhan pada waktunya.
Karena itu kita tidak perlu takut, karena kita memberitakan Injil kepada orang-orang pilihan yang kita tidak tahu ada dimana dan kapan kita bisa ketemu mereka. Namun kita berusaha
semaksimal mungkin. Maka ada perpaduan antara the Spirit and the Preaching ini membuat
kita kembali sadar, orang yang taat kepada pimpinan Roh Kudus baru disebut orang rohani
sewaktu seluruh pikiran, perasaan, kebebasan dan jasmaninya itu diatur oleh Roh Kudus.

Sekali lagi saya mengatakan di dalam hal ini, orang yang taat kepada pimpinan Roh Kudus
baru disebut orang rohani karena pemikiran, perasaan dan kebebasan jasmaninya diatur oleh
Roh Kudus. Sdr yang dulunya pasif sekarang diaktifkan, yang dulunya tidak ada unsur keaktifan
melakukan kebenaran tetapi hanya aktif di dalam berbuat dosa, sekarang pada waktu sdr
menerima pencerahan di dalam ati pemulihan dari yang lama menjadi baru, segala
keinginanmu, segala hawa nafsu kedaginganmu Tuhan kikis sedikit demi sedikit. Proses ini
terjadi satu demi satu, tidak ada orang yang begitu dibaptis langsung berubah total seperti
malaikat. Sedikit demi sedikit, tiap hari tiap sifat Tuhan hancurkan. Ini yang diberitakan oleh
Paulus, "...bukan karena aku tetapi karena keberadaan Roh Kudus yang terus-menerus
bekerja." Sebagai orang Reformed kita harus percaya waktu kita memberitakan firman, kita
yakin ada janji Allah kepada setiap orang-orang pilihanNya. Tetapi yang perlu kita perhatikan
bahwa bekerjanya Roh Kudus melalui firman Allah memimpin manusia untuk kembali kepada
kebenaran firman Tuhan. Maka Roh Kudus dengan firman Allah itu tidak dapat dipisahkan. Roh
Kudus tidak mungkin memimpin orang melanggar kebenaran firmanNya, karena Dia adalah
Roh Kebenaran. Jika orang hanya menekankan kepenuhan kuasa Roh Kudus tetapi tidak
pernah mengajarkan kebenaran firman Tuhan, maka sangat berbahaya sekali. Roh Kudus
adalah Roh Kebenaran yang memimpin orang masuk ke dalam kebenaranNya. Kita bukan
orang pintar tetapi kita adalah orang berhikmat. Orang pintar rationya mengontrol perasaannya
lalu mengontrol tindakannya. Kita puas? Tidak.

Kita mengatakan di atas ratio masih ada kebenaran firman Tuhan, wahyu Allah, itulah yang memimpin kita hidup berhikmat. Kehendak Tuhan adalah absolut dan tidak pernah berubah tetapi pimpinan Roh Kudus itu bersifat sangat dinamis. Pimpinan kuasa Roh Kudus itu mempunyai dinamika yang tidak dapat diprediksi dan dipikirkan oleh manusia. Setiap kesaksian hidup kita berlainan. Ada yang latar belakangnya orang nakal, tetapi Tuhan bisa membawa dia berbalik kepada kebenaran. Tujuan pimpinan Roh Kudus adalah memimpin orang masuk ke dalam kehendak Tuhan yang tidak pernah berubah.

RohKudus melalui firman Tuhan memimpin ratio manusia. Tuhan menggunakan kebenaran
yang diwahyukanNya mengatur seluruh pikiran yang diciptakanNya untuk kembali kepada
kedaulatanNya. Maka pemikirannya baru mencapai pemikiran yang tertinggi. Ratio adalah
ciptaan Tuhan yang terbatas adanya, ratio tidak dapat membuat manusia mengerti keseluruhan
dari kebenaran firman Tuhan. Maka ratio bukanlah kuasa yang tertinggi, sehingga tidak ada
sesuatu yang dapat dibanggakan dari kaum Rationalisme. Kamu pintar? Tetapi kamu harus
meminta hikmat yang berasal dari Tuhan. Biarlah kita menyadari keselamatan itu begitu
berharga. Maka lakukan, kerjakan dan jangan takut mengabarkan Injil. Berani berkata-kata.
Pergilah dan lakukan panggilan Tuhan bagimu.(kz)

Pembaharuan Pikiran, Kunci Kemenangan Kita

Pembaharuan Pikiran, Kunci Kemenangan Kita

Roma 12:2 "?Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna?"

2 Korintus 5:17 "?Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang?"

Efesus 4:23 "?Supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu ,?"

Kolose 3:9-10 "?Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, (10) dan telah mengenakan manusia baru yang terus menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya;?"

Ayat-ayat Firman Tuhan di atas ini meneguhkan kita bahwa kita harus memperbaharui pikiran untuk bisa hidup dan berjalan sebagai manusia baru! Yang dimaksud dengan memperbaharui pikiran adalah merubah pola pikir anda sesuai dengan firman Allah Amsal 3:5 "?Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri?"
Pada waktu saudara lahir baru, yang diperbaharui Tuhan hanyalah roh saudara, tetapi jiwa saudara harus diperbaharui dengan merubah cara berpikir saudara.
Roma 12:2 "? Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna?"
Satu-satunya cara membuktikan kepada dunia bahwa firman Allah adalah kebenaran ialah jika kita berubah dalam sikap dan perilaku, yang seturut dengan karakter Kristus yang terdapat dalam FirmanNya. Jika kita tidak melalui proses perubahan, seperti dalam kehidupan kupu-kupu yang mengalami perubahan metamorfosis, keberadaan kita sebagai pengikut Kristus hanyalah akan menjadi batu sandungan bagi orang yang belum percaya. Jika hidup kita, karakter kita diubahkan seperti yang Firman katakan, maka orang akan dapat menerima bahwa Kitab Suci adalah kehendak Allah yang sempurna, baik dan benar.

Pikiran kita adalah bagian dari jiwa kita dan merupakan "Pusat" daripada segala pengontrolan tubuh fisik kita. Roma 12:2 versi Amplified Bible berkata: jangan menjadi serupa dengan dunia ini, sistim yang bekerja di dunia ini, jangan mengadaptasi cara duniawi, tetapi hendaklah anda berubah dengan cara memperbaharui pikiran anda seluruhnya oleh sikap yang baru, sehingga anda bisa buktikan pada diri anda sendiri, betapa baiknya, berkenannya dan sempurnanya kehendak Allah itu .

Jadi hidup baru artinya memperoleh ide-ide baru dan sikap baru (yang sesuai dengan Firman) dan melepaskan sikap lama, bukti sah bahwa anda telah menjadi ciptaan baru adalah adanya "Perubahan" Bukan sekedar memperoleh pengetahuan baru yang kita pelajari di gereja atau seminar, walau pengetahuan yang kita peroleh itu baru tetapi tidak membuat kita menjadi ciptaan baru ! Anda harus mengimplementasikan apa yang anda baru pelajari baru anda bisa masuk ke dalam realitanya atau baru menjadi kenyataan.
Saudara tidak bisa berkata bahwa saudara sudah berubah jika cara berpikir saudara tidak berubah. Memperbaharui pikiran itu bukan kejadian sekali saja tetapi terus menerus, hari ke hari sampai maranatha. Jadi pembaharuan pikiran itu adalah suatu proses atau suatu gaya hidup di mulai hari ini sampai kita diubahkan dan mengenakan tubuh yang tidak binasa dan yang tidak bisa mati.
Perubahan adalah suatu "Proses" tidak instan, jadi harus dengan pengertian bahwa "Saya harus sabar" terhadap diri sendiri, jangan frustrasi, maupun terhadap orang lain dan jangan putus asa. Ibrani 6:12 "?agar kamu jangan menjadi lamban, tetapi menjadi penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah?" Ini perlombaan yang Rasul Paulus katakan antara pikiran lama dengan pikiran baru. Pikiran lama kita selalu muncul dengan berusaha menguasai pikiran kita, mengejar pikiran yang baru kita implementasikan dan mengalahkannya, sehingga membuat kita gagal untuk berubah. Oleh sebab itu, kita harus membuat keputusan yang bulat, bertekad "Aku harus berubah" Tidak cukup hanya mengerti bahwa kita harus berubah, melainkan kita harus bertindak untuk memulai perubahan ini. Kita tidak bisa hanya memakai gelar "Kristen" dan mengabaikan proses perubahannya. Jadi perubahan adalah bagian dari hidup anda setiap hari.

Tuhan itu baik sekali dan sungguh-sungguh merupakan pribadi yang hidup. Bayangkan saudara, kita sudah dipanggil Kristen, yang artinya adalah sama seperti Kristus karena mengikuti Kristus! Kristus artinya "Yang Diurapi Allah" Jadi Kristen artinya "menjadi serupa dengan Yang Diurapi Allah." Karena cara atau metode yang Allah pakai untuk menciptakan adalah mengatakan firman-Nya, kita pun harus sama, karena kita diciptakan Allah serupa gambar dan rupa Dia. Kita harus berubah dari karakter duniawi sebelum kita bertobat menjadi sama dengan Kristus. Roma 8:29 "?Sebab, semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara." ini yang Allah kehendaki dan hanya dapat terjadi jika saudara memperbaharui pikiran anda, maka anda akan berubah dari kemuliaan kepada kemuliaan.
Pada Roma 2:4 "?Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?..." Tidak tahukan engkau, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau pada pertobatan? Pertobatan adalah perubahan pikiran dan perubahan hati. Dan Alkitab berkata Allah memakai kemurahan-Nya untuk membuat kita berubah. Lihat dan renungkanlah kemurahan-kemurahan Tuhan dalam hidup kita, ini akan membuat anda ingin berubah seperti yang Tuhan rencanakan bagi anda. Seringkali kita berbuat dan bersikap busuk dan tidak layak menerima kemurahan Allah tetapi DIA tetap nyatakan kemurahan-Nya. Karena ini akan menggugah kita untuk berubah. Jadi stop lihat keburukan mulai lihat kemurahan-Nya.
Ingin saya tekankan pada anda semua, bahwa alkitab menuntut perubahan dalam hidup kita. Saudara harus mencintai "Perubahan" ini bagian hidup kita sebagai umat-Nya. Pusat kehidupan kita harus diubah yaitu pikiran kita.
Kalau saudara mau menjadi mitra kerja Allah yang sukses anda "HARUS" mau diubah cara berpikirnya.
Karena perubahan adalah suatu proses, oleh sebab itu saya berikan langkah-langkahnya bagaimana saudara bisa mulai berubah. Ada 12 langkah yang harus anda lakukan untuk mencapai tempat di mana Tuhan mau anda berada. Dan menjadi seperti yang Tuhan inginkan, dapat melakukan FirmanNya dan memiliki seperti yang Tuhan katakan. Ingat Alkitab adalah standar-patokan-tali sipat bagi hidup kita.

Langkah pertama:
Keputusan untuk berubah harus anda buat.
Ulangan 30:19 berkata pilihlah kehidupan, dengan kata lain kalau saudara tidak buat keputusan untuk berubah tidak akan terjadi apa-apa. Anda harus membuat keputusan untuk berubah dari sakit menjadi sembuh, dari berhutang terus menjadi sehat keuangannya. Yosua 24:15 Pilihlah siapa yang akan kau sembah! Suatu hari anda harus buat keputusan, apakah anda mau melayani Tuhan atau setan? Apakah anda mau ke sorga atau ke neraka? Kita yang harus membuat keputusan. Jangan hanya dipikirkan saja, tetapi bertindaklah.

Langkah kedua:
Serahkan kehendak anda seluruhnya, seutuhnya kepada Tuhan. Kehendak kita harus mati supaya kehendak Allah hidup didalam kita. Kita harus semakin berkurang-kurang agar Kristus semakin bertambah-tambah didalam kita.

Langkah ketiga:
Miliki keinginan besar dan kerinduan yang kuat untuk berubah. Kerinduan untuk berubah akan memotivasi anda untuk berubah. Mulai melihat, pelajari orang-orang yang sukses sebagai hamba Tuhan, nanti akan timbul kerinduan saudara untuk berubah. Perkatakan apa yang ingin anda capai untuk berubah. Hindari apa yang menjadi kelemahan anda.

Langkah keempat:
Perdalam pengetahuan anda bagaimana menjadi seperti apa yang Allah kehendaki. Ingat . Kita tidak bisa hidup baik-baik dan sehat dalam segala hal sampai jiwa (pikiran, kehendak, emosi) kita baik. Pikiran kita, pengertian kita harus diisi dengan memperdalam pengetahuan akan kehendak Allah, jalan-jalan-Nya, rencana-Nya dalam hal kesehatan roh, jiwa, tubuh dan keuangan. Jika kita mau dan bertindak untuk berubah maka pengalaman kita dengan Tuhan akan meningkat dan kita akan alami promosi dari Tuhan.

Langkah kelima:
Lihat ke dalam firman sebagai "Cermin" agar kita bisa berubah. Saudara harus berkaca diri anda dengan cermin firman Tuhan. Cermin bisa menolong kita untuk menentukan apa yang perlu diubah dalam hidup kita! Waktu kita bercermin pada firman Tuhan kita bisa melihat gambaran dari firman Tuhan akan bayangan bagaimana kita seharusnya sebagai pengikut Kristus. Ini yang membuat kita ingin berubah dari terbelenggu menjadi merdeka dan seterusnya.



Langkah keenam:
Dengan sungguh-sungguh rajin mengaplikasikan kebenaran yang anda pelajari, dari hari ke hari. Untuk apa kita membeli kaset rohani, buku rohani jika tidak dipraktekkan dengan rajin dan konsisten.

Langkah ketujuh:
Juga harus waspada pada pintu-pintu masuk menuju ke hati kita. Setan mau mencuri, membunuh dan membinasakan. Setan mencoba mencuri iman di hati kita melalui:
· Pintu gerbang mata
· Pintu gerbang telinga
· Pintu gerbang mulut
Amsal 4:23 "?Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar."
Kalau hatimu mau berubah, ubah apa yang masuk ke dalam matamu, telingamu dan mulutmu. Jangan dengar dan melihat musik dan TV duniawi yang penuh hawa nafsu sex, kekerasan, kekejaman, pembunuhan, depresi, kehancuran, jangan bicara yang sia-sia atau omong kosong. Dengar dan lihat, perkatakan sesuatu yang memberi kehidupan.



Langkah kedelapan:
Lindungi pikiran anda dari pikiran atau usulan-usulan lama! Iblis selalu pakai pikiran lama untuk menggagalkan kita. 2 Korintus 10:5 "?Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus,?" Ayat ini berkata kita bisa mengontrol pikiran kita bahkan menawannya untuk tunduk dan taat pada pikiran Kristus. Jadi kalau pikiran kita tidak sesuai dengan firman, buang saja dan pilih berpikir seperti Alkitab dan taklukkan dengan cara mendeklarasikan apa yang firman katakan mengenai kita. Ini akan mengontrol pikiran anda kalau tidak saudara buat benteng dengan pikiran lama, pikiran negatif dan pikiran takut. Jangan berkata "Aduh pasti hancur keluarga kita" Tidak! Saudara harus berkata "Aku telah ditebus dari kehancuran."

Langkah kesembilan:
Seleksi lingkungan di mana anda berada saat ini kalau dulu anda pencandu obat jangan berada di lingkungan pencandu obat lagi. Seleksi teman-teman anda yang baru dan tempat tinggal anda. Seleksi teman-teman dan tempat-tempat yang anda kunjungi, lagu-lagu yang anda dengar, pembicaraan anda, program yang anda nonton.

Langkah kesepuluh:
Putuskan hubungan dengan masa laulumu, ikatan-ikatan lama diputuskan. Filipi 3:13 "?Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang ada di hadapanku,?" Rasul Paulus pegang ayat ini yang membuatnya sukses. Lupakan yang di belakang untuk mengejar yang di depan! Biar pernah menjadi juara tetapi itu dulu, sudah lewat, yang penting, bagaimana sekarang! Biar dulu gagal, itu sudah lewat, lupakan. Ada yang lebih baik yang Tuhan sediakan yang harus kita jangkau yang ada di depan kita dengan berkat berlimpah.



Langkah kesebelas:
Buka hati untuk menerima koreksi, teguran dan miliki hati yang dapat/mau diajar. Kalau orang dikoreksi menjawab balik orang ini tidak punya hati yang dapat diajar. Amsal 27:5 "?Lebih baik teguran yang nyata-nyata daripada kasih yang tersembunyi?"
Kalau anda ditegur dan memberontak, anda tidak siap diubahkan.

Langkah keduabelas:
Andalkan Tuhan dan bergantung pada-Nya, juga pada orang yang lebih dewasa rohani untuk mendukung saudara. Karena saudara tidak bisa merubah diri saudara sendiri. Anda butuh orang yang lebih rohani untuk menolong anda. Anda mesti mau dimuridkan seperti hubungan antara:
· Rasul Timotius dengan Rasul Paulus
· Elisha dengan Elia
· Yosua dengan Musa

Saya mau tutup pelajaran ini dengan doa yang saya rindukan bisa anda angkat di hadapan Tuhan dengan suara keras dan mendeklarasikan doa ini maka pikiran anda akan diperbaharui dan hidup anda akan berubah tidak serupa dunia lagi:

Bapa di surga, aku membuat keputusan untuk berubah Roma 4:17b berkata aku berubah dengan mengatakan apa yang Allah katakan. Terima kasih Tuhan karena aku ciptaan baru dalam Kristus, yang lama sudah berlalu, yang baru sudah datang, aku bukan lagi yang lama. Bapa di surga guruku yang baru adalah firman-Mu dan perubahan akan terjadi sesuai dengan firman-Mu dari gloryi ke glory. Kami diubahkan melalui proses demi proses, kami tidak takut untuk berubah. Dalam segala hal Allah turut bekerja sama dengan mereka yang dipanggil sesuai dengan rencana-Mu sebelum dunia dijadikan. Aku orang yang dibenarkan aku tidak di bawah tuduhan lagi, setiap hari aku melayani engkau dengan bercermin pada firman Tuhan. Mulai hari ini aku tahu siapa aku di dalam Kristus, ini adalah cerminan aku yang sesungguhnya. Terima kasih Tuhan karena Engkau telah memberitahukan aku bagaimana percaya pada apa yang alkitab katakan mengenai aku, apa yang bisa kumiliki, dan tunduk pada otoritas terakhir yaitu firman-Mu. Dalam nama Yesus, amin.

ALLAH YANG TIDAK PERNAH BERUBAH

Oleh Dr. Eddy Peter Purwanto

Dikhotbahkan di Philadelphia Baptist Fellowship Tangerang

9 September 2006

“Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak berubah, dan kamu, bani Yakub, tidak akan lenyap.” (Maleakhi 3:6)

Pada pada saat sore hari ini kita akan membahas tentang Allah yang tidak berubah. Yang menjadi dasar Firman Tuhan pada saat sore hari ini adalah Maleakhi 3:6; “Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak berubah, dan kamu, bani Yakub, tidak akan lenyap.”

Saya berpikir untuk membawakan tema ini setelah membaca khotbah Charles Spurgeon yang luar biasa, yang bertemakan “The Immutability of God.” Saya pernah menyampaikan kepada Anda siapa Spurgeon ini. Ia adalah salah satu pengkhotbah Puritan yang luar biasa. Ia adalah pengkhotbah Baptis yang sangat dikagumi, bahkan ia dijuluki sebagai “The Prince of Preacher.” Ada beberapa komentar dari orang-orang besar tentang Spurgeon misalnya Dr. B.H. Carroll, pendiri dari Southwestern Baptist Theological Seminary, menyebut Spurgeon sebagai “pengkhotbah terbesar sejak masa Paulus.” Penginjil terkenal D.L. Moody berkata, “Saya telah membaca segala sesuatu atau segala tulisan yang ditulis oleh Spurgeon yang ada di tangan saya.” Dr. W.A. Criswell berkata, “Ketika saya pergi ke Surga, setelah saya berjumpa dengan Juruselamat dan keluarga saya yang terkasih, saya akan menjumpai Charles Haddon Spurgeon. Bagi saya, ia adalah pengkhotbah terbesar yang pernah saya tahu selama saya hidup. Rasul Paulus telah menuliskan firman Allah yang diinspirasikan, sementara C.H. Spurgeon menginterpretasikan firman itu dengan begitu kaya akan maksud kebenaran firman itu bagi hati saya.”

Jika Anda membaca khotbah Spurgeon yang berjudul “The Immutability of God” anda akan sungguh diberkati, ketika Spurgeon menjelaskan bagaimana Allah yang tidak pernah berubah. Dan pada kesempatan ini saya akan berbicara tentang Allah yang tidak berubah itu. Dan saya akan mengambil banyak pemikiran yang telah disampaikan oleh orang yang paling saya kagumi, pengkhotbah yang saya kagumi dari antara kaum Puritan, yaitu Spurgeon. Benarkah Allah itu tidak pernah berubah. Kalau benar demikian apanya yang tidak berubah. Poin yang pertama yang akan kita dibahas adalah bahwa Allah tidak berubah di dalam esensi-Nya.

Pertama, Allah Tidak Pernah Berubah dalam Esensi-Nya

Spurgeon berkata, “Kami tidak bisa menjelaskan kepada anda seperti apakah Allah itu, kami tidak tahu apakah substansi dari apa yang kita sebut Allah itu. Namun Ia adalah suatu eksistensi, Ia adalah suatu being atau keberadaan, namun apakah itu kami tidak tahu. Bagaimanapun juga, apapun itu, kami menyebut Dia adalah suatu esensi dan esensi itu tidak pernah berubah.”

Substansi dari segala sesuatu yang fana selalu berubah. Gunung-gunung dengan mahkota saljunya akan segera meleleh ketika musim panas tiba. Bahkan matahari menyinarkan panas dan terangnya semuanya ada di dalam kendali Allah. Segala ciptaan berubah, khususnya manusia berubah. Tubuh manusia pun terus-menerus mengalami perubahan namun esensi dari Allah tidak pernah berubah.

Sesuatu yang istimewa yang saya temukan ketika saya berpikir tentang Allah yang tidak berubah, yaitu ketika ketika Ia mengambil rupa menjelma menjadi manusia, berinkarnasi menjadi manusia, yaitu Firman itu menjadi daging. Dan ketika Dia menjadi manusia, esensi ke-Allahan-Nya tidak pernah berubah. Oleh sebab itulah Tuhan berkata “Akulah Tuhan Aku tidak berubah.”

Apalagi yang tidak berubah pada diri Allah, kita masuk pada poin yang kedua;

Kedua, Atribut-Atribut-Nya Tidak Berubah

Apakah Ia adalah Allah Yang Mahakuasa? Benar Ia adalah Allah Yang Mahakuasa. Ia menciptakan segala yang ada hanya dengan mengucapkan kata atau berfirman. Allah yang Mahakuasa itu yang menciptakan langit dan bumi, dan segala isinya hanya dengan berkata jadilah, maka itu pun jadi. Dan apakah Allah yang Mahakuasa itu tetap Mahakuasa sampai hari ini? Jawabannya adalah iya. Ia yang telah menciptakan manusia dengan kemahakuasaan-Nya dan setelah manusia jatuh ke dalam dosa, namun di dalam Kristus Ia menciptakan manusia yang baru. Dunia yang Dia ciptakan dengan kuasa-Nya, namun oleh karena dosa dunia menjadi kacau balau dan Allah yang mahakuasa akan menjadikan dunia ini menjadi baru, sama seperti semula, yaitu ketika Kristus datang yang kedua kali, mendirikan kerajaan damai yaitu Kerajaan 1000 tahun. Dan itulah kemahakuasaan Allah yang tidak berubah, bukan hanya kemahakuasaan-Nya, hikmat Allah juga tidak pernah berubah.

Dengan hikmat-Nya Allah menciptakan alam semesta ini dengan penuh keteraturan. Bumi dan semua planet berputar mengelilingi matahari pada porosnya masing-masing dan selalu demikian. Namun planet-planet itu tidak saling berbenturan satu dengan yang lain, karena semua telah dirancang dengan hikmat dari Yang Mahabijaksana. Dan Allah yang tidak berubah dalam hikmat-Nya, Dia jugalah yang merancangkan rancangan jalan keselamatan bagi manusia berdosa di dalam Kristus dan syukur rancangan itu adalah rancangan yang penuh hikmat. Manusia yang telah jatuh ke dalam dosa tidak mungkin dapat memperbaiki dirinya sendiri. Tidak ada cara untuk dapat menyelamatkan diri. Manusia tidak akan mampu membayar sekecil apapun untuk keselamatan jiwanya. Oleh sebab itulah dalam rancangan Allah yang penuh hikmat, Ia memprogramkan rencana keselamatan bukan apa yang bisa dilakukan oleh manusia, karena manusia tidak bisa melakukan apa-apa untuk keselamatan dirinya sendiri, tetapi rancangan keselamatan diberikan kepada manusia melalui anugerah, kasih karunia, pemberian cuma-cuma di dalam Kristus. Dan karena hanya itulah yang memungkinkan manusia dapat diselamatkan. Tanpa kasih karunia, manusia akan binasa manusia tidak dapat melakukan apapun walaupun hanya sekecil apapun untuk mendapatkan keselamatan. Hanya Allah yang dapat menyelamatkan melalui kasih karunia-Nya dan ini adalah rancangan yang penuh hikmat dari Allah. Allah yang membuat alam semesta menjadi teratur, membut kekacauan menjadi keteraturan, memindahkan kegelapan menjadi terang, dan Dia adalah Allah yang tidak berubah menurut hikmat-Nya untuk selama-lamanya.

Kasih Allah juga tidak pernah berubah. Oleh karena kasihlah Dia menciptakan segala sesuatu dalam alam semesta ini yang dibutuhkan oleh manusia sebelum Ia menciptakan manusia. Ia mempersiapkan semua itu untuk manusia. Ia menciptakan manusia pada hari yang keenam oleh karena Dia mengasihi manusia, supaya ketika manusia itu ada segala sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia sudah disediakan oleh Dia. Namun apakah balasan manusia, manusia memberontak kepada Allah, manusia memusuhi Allah, namun demikian apakah Allah berubah? apakah kasih Allah berubah? Tidak, kasih Allah bagi manusia tidak pernah berubah, walaupun manusia telah memberontak kepada-Nya.

Waktu Adam jatuh ke dalam dosa, ia bersembunyi dari Allah dan bukannya mencari Allah. Karena kasih-Nya lah yang mendorong Allah memanggil Adam. “Adam, Adam, di manakah engkau?” Ia yang mencari manusia, dan ketika Dia menemukan Adam, Allah mengorbankan binatang sebagai gambaran dari Anak Domba Allah yang akan dikirim yaitu Kristus yang dikorbankan untuk dosa manusia. Allah mengorbankan binatang dan mengambil kulit binatang itu untuk menggantikan pakaian Adam yang dibuat oleh Adam sendiri. Bukan hanya itu, pada saat itu juga dalam Kejadian 3:15, Allah menjanjikan penebusan, bahwa keturunan perempuan akan meremukkan kepala si Setan.

Yohanes 3:16 menjelaskan “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang Tunggal supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Allah masih mengasihi manusia walaupun manusia memberontak kepada Allah. Karena kasih Allah tidak pernah berubah.

Dalam Filipi 2:8-9, menjelaskan Dia yang adalah Allah yang menjadi manusia untuk menunjukkan kasih-Nya. Kita melihat di sana bahwa Sang Pencipta mau menjadi sama dengan ciptaan, bahkan Pencipta mau melayani ciptaan bahkan akhirnya menyerahkan diri-Nya untuk menjadi korban penebusan dosa bagi manusia, kasih Allah tidak pernah berubah dari dulu sekarang dan selama-lamanya.

Demikian juga keadilan, kebenaran, kekudusan, kesetiaan Allah dan seluruh atribut yang ada dalam diri Allah atau sifat Allah tidak pernah berubah dari dulu sekarang dan selama-lamanya. Dalam poin yang kedua kita sudah berbicara bahwa Allah tidak berubah dalam atribut-atribut-Nya. Lalu apa lagi yang tidak berubah dalam diri Allah? Ini memimpin kita ke dalam poin yang ketiga.

Ketiga, Rencana-Rencana-Nya Tidak Pernah Berubah

Allah tidak berubah dalam rencana-rencana-Nya, Spurgeon berkata “Manusia mulai membangun tetapi tidak dapat menyelesaikan. Dan oleh sebab itu ia mengubah rencananya. Namun pernahkah dikatakan Allah mulai membangun tetapi tidak dapat menyelesaikannya? Tidak!”

Anda ingat? Allah memiliki rencana yang besar bagi Yusuf. Dia menyatakan rencana besar-Nya itu melalui mimpi kepada Yusuf. Dua kali Yusuf memperoleh mimpi dari Allah yang merupakan inti dari rencana Allah di masa depan bagi dirinya yaitu bahwa Yusuf akan menjadi penguasa. Alllah memiliki rencana yang besar bagi Yusuf namun manusia mempunyai rencana yang lain. Saudara-saudaranya menangkap Yusuf dan membuangnya ke dalam sumur dan mengambilnya kembali dan menjual Yusuf menjadi budak. Maka Yusuf dibawa ke Mesir untuk menjadi budak di keluarga Potifar. Lagi-lagi manusia ingin menghancurkan rencana Allah yang besar bagi Yusuf, istri Potifar menggoda Yusuf. Namun Yusuf yang takut akan Tuhan menolak ajakan istri Potifar. Dan justru itu lah yang mengirim Yusuf ke dalam penjara bawah tanah.

Namun lihatlah justru dari dalam penjara ini lah Yusuf dapat menafsirkan mimpi Firaun dan Firaun mengangkat Yusuf menjadi orang kedua dalam kerajaannya Yusuf menjadi penguasa atas seluruh Mesir kecuali takhta Firaun. Rencana Allah tidak pernah berubah, walaupun manusia mencoba untuk mengubahnya. Tetapi Allah tidak pernah berubah apapun yang telah direncanakan Allah pasti akan terjadi.

Allah memiliki rencana untuk keselamatan anda, dan ingatlah bahwa rencana itu tidak pernah berubah. Sekali Allah memilih engkau, sekali Allah merencanakan keselamatan untukmu, rencana itu tidak pernah dibatalkan. Dan engkau pasti diselamatkan. Dan jikalau anda telah diselamatkan saat ini, itu oleh karena rencana yang agung Allah. Allah memiliki rencana-rencana yang agung dalam hidup Anda dan rencana Allah itu adalah untuk kemuliaan Allah, dan rencana Allah itu untuk kebaikan anda juga. Walaupun kadang-kadang anda masuk dalam kesulitan, masuk dalam kesusahan, namun rencana Allah yang indah bagi anda tidak pernah berubah. Karena Allah tidak penah berubah, esensi-Nya tidak pernah berubah, atribut-atribut-Nya tidak pernah berubah dan rencana-Nya pun tidak pernah berubah.

Rasul Paulus berbicara tentang dirinya sendiri, bahwa sejak sebelum dunia dijadikan Allah sudah memilih dia. Anda tahu bagaimana kehidupan Paulus sebelum bertobat. Paulus adalah pemimpin Yahudi yang memimpin pembunuhan terhadap Stefanus. Dengan surat dari imam besar dia pergi ke Damsyik untuk membunuh setiap orang Kristen di sana dan memasukkan setiap orang yang menjadi pengikut Kristus ke dalam penjara. Dia adalah orang yang sangat ditakuti, dialah yang senantiasa menyebar benih ketakutan bagi orang-orang yang mejadi pengikut Kristus pada waktu itu. Dan bagaimana ketika dia diselamatkan? Perubahan total terjadi. Dulunya dia adalah penganiaya jemaat, namun kemudian menjadi pemberita Injil, bahkan dia sering mengalami aniaya oleh karena pemberitaan Injil. Dan dia dapat menyelesaikan pertandingan dalam perjuangan iman sampai garis akhir. Mengapa? Karena Allah mempunyai rencana dalam kehidupannya dan rencana Allah itu tidak dapat berubah. Allah yang memiliki rencana dari sejak semula untuk memilih Paulus menjadi salah satu dari anak-anak Allah dalam Kristus, dipilih untuk menjadi hamba Tuhan dan rencana itu tidak pernah berubah.

Ingatlah saudaraku! Allah yang telah memilih engkau untuk menjadi anak-anak Allah. Bahkan Allah yang memilih engkau untuk menjadi pelayan-pelayan Tuhan. Maka rencana Allah ini tidak akan pernah berubah sampai selama-lamanya. Lalu apa lagi yang tidak berubah dari diri Allah, ini memimpin kita kepada poin yang keempat yaitu bahwa Janji-janji-Nya tidak Berubah.

Keempat, Janji-Janji Allah Tidak Pernah Berubah

Manusia begitu mudah membuat janji dan begitu mudah pula ia mengingkarinya, namun ketika Allah berjanji, Dia bukan hanya tidak akan mengingkarinya tetapi bahkan Dia tidak bisa mengingkarinya. Karena kesetiaan adalah natur Allah yang esensial. Oleh sebab itu janji-janji Allah tidak pernah berubah. Bersyukurlah karena setiap kita adalah orang-orang yang memperoleh janji Allah dan Allah yang mempunyai janji itu tidak pernah berubah, dan janji-Nya pun juga tidak akan pernah berubah.

Kalau anda membaca seluruh Alkitab, anda akan menemukan banyak janji Allah yang Allah sampaikan kepada umat-Nya. Di mana Allah sudah mengenapi janji-janji-Nya dan akan menggenapi janji-janji yang masih belum tergenapi, yaitu khususnya janji-janji masa depan, janji tentang kedatangan Tuhan yang akan memulihkan umat Allah. Ada banyak kovenan atau perjanjian yang bersifat unconditional atau tidak bersyarat. Dan itu semuanya menunjukkan bahwa Allah akan menepati semua janji itu, dan janji itu menjadi pengharapan bagi kita. Kita melihat perjanjian Allah dengan Abraham untuk menjadikan Abraham dan keturunannya menjadi bangsa yang besar, yang akan tetap ada untuk selama-lamanya. Walaupun Israel telah tiada dari tahun 70, namun rupanya Israel bangkit kembali setelah sekian ratus tahun lamanya. Pada tahun 1948, Israel muncul kembali dan ada sampai hari ini. Itu semua karena janji Allah yang bersifat tidak bersyarat atau unconditional kepada Abraham dan Israel akan menjadi bangsa yang besar ketika sang Mesias, keturunan Daud yang dijanjikan dalam unconditional covenant dalam Davidic Covenant atau janji Allah kepada Daud. Ada juga janji Perjanjian Baru yang disampaikan oleh Yeremia. Perjanjian Baru itu adalah perjanjian berkat bagi Israel dan Yehuda di masa depan. Namun kita bahkan sudah mengalaminya saat ini. Ada banyak janji Allah yang sudah digenapi, dan saya tidak mungkin dapat menyajikannya satu-persatu. Namun itusangat jelas dalam Alkitab.

Sebagai orang-orang yang sudah diselamatkan kita memiliki janji-janji Allah. Allah berjanji bahwa barangsiapa percaya kepada-Nya tidak akan binasa dan janji-Nya itu akan digenapi, yaitu bahwa anda memiliki jaminan hidup kekal, bahwa kapan saja anda mati anda pasti masuk sorga. Ketika anda sungguh-sungguh percaya dalam Kristus dilahirkan kembali, mengalami pertobatan, itu bukan karena kebaikan kita tetapi karena janji Allah yang tidak berubah itu. Ia berkata bahwa barangsiapa yang percaya kepada-Nya akan beroleh hidup yang kekal.

Allah bukan hanya menjanjikan itu, tetapi Allah juga menjanjikan tentang kehidupan yang penuh dengan keindahan, penuh kebahagiaan dan penuh kemuliaan. Yaitu kehidupan sorgawi. Kita memiliki pengharapan di dalam Kristus bahwa kita semua yang sudah diselamatkan akan masuk ke dalam kerajaan Surga.

Dia juga pernah berjanji, “Carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, maka semuanya akan ditambahkan kepadamu.” Anda percaya kepada janji ini? Buktikanlah dan carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, maka percayalah ketika anda sudah mencari kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, semuanya akan ditambahkan kepada anda. Ini adalah janji Tuhan yang tidak pernah berubah. Segala yang anda butuhkan, bukan segala yang anda inginkan Tuhan akan cukupkan. Tuhan akan memberkati anda. Itu adalah janji-Nya. Anda harus percaya itu.

Tuhan tidak akan pernah membiarkan anda. Dia juga berjanji bahwa “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.” Ini adalah janji Allah yang tidak pernah berubah, sebab itu anda harus bahagia, anda tidak harus merasa kesepian karena Dia akan selalu bersama dengan kita. Yesus sendiri disebut sebagai Immanuel yang berarti “Allah beserta kita.” Pernahkah anda berkata seperti R. Kelso Carter, yang pada tahun 1886 menuliskan lagu yang begitu indah “Standing on the Promises.”

Ku berdiri atas janji Penebus

Walau topan bimbang ragu berderu

Firman Allah sumber kemenanganku

Yakin akan janji Penebus.

Ku berdiri ..ku berdiri atas janji Tuhan Yesus

Ku berdiri… berdiri atas janji penebus.

Lalu apalagi yang tidak berubah dalam diri Allah, kita sudah membahas bahwa esensi Allah tidak berubah, kita sudah membahas atribut-atribut Allah tidak berubah, dan bahwa rencana-rencana-Nya tidak berubah, dan yang keempat kita sudah membahas janji-janji-Nya tidak berubah, lalu apalagi yang tidak berubah dalam diri Allah? Kita masuk dalam poin lima.

Kelima, Ancaman-Ancaman Allah tidak Berubah

Anda tidak boleh hanya melihat yang indah-indah saja yang dapat anda terima. Sama dengan esensi Allah yang tidak berubah, sama dengan atribut-atribut Allah yang tidak dapat berubah, sama dengan rencana-rencana Allah yang tidak berubah dan sama juga dengan janji-janji Allah yang tidak dapat berubah, maka ancaman-ancaman Allah terhadap orang-orang berdosa yang tidak mau bertobat juga tidak berubah.

Dalam Yohanes 3:36, Allah berjanji “Barangsiapa percaya kepada Anak, ia telah memiliki hidup yang kekal, tetapi ia yang tidak percaya kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya.”

Allah berjanji bahwa barangsiapa percaya akan diselamatkan tetapi barangsiapa yang tidak percaya akan dihukum. Dan ancaman ini tidak pernah berubah. Sama dengan yang lain-lain tidak berubah dalam diri Allah, maka ancaman-ancaman Allah terhadap orang berdosa yang tidak mau bertobat juga tidak akan berubah. Allah tidak akan mengampuni anda kecuali anda mau bertobat. Allah akan tetap menghukum anda kecuali anda mau bertobat. Namun sesungguhnya jika anda tidak mau bertobat maka ancaman Allah selama-lamanya ada di atas kepala Anda. Seperti yang seringkali saya katakan kepada anda bahkan menurut Jonathan Edwards “Murka Allah itu sudah ada di atas kepala anda sejak sekarang ini.” Jadi bukan hanya untuk masa depan, tetapi sekarang ini anda sudah berada di bawah murka Allah, anda sudah berada di bawah ancaman- ancaman Allah. Dan ingat ancaman-ancaman Allah tidak pernah berubah sampai anda mau bertobat.

Melalui nabi Yunus Allah mengumumkan kepada Niniwe, bahwa jika mereka tidak bertobat maka Allah menunggangbalikkan kota itu. Namun apa yang terjadi ketika Niniwe bertobat? Allah menepati janji-Nya bahwa kecuali mereka bertobat Allah tidak akan menghukum Niniwe. Dan kita lihat bahwa Niniwe bertobat, maka Allah mengurungkan niat-Nya untuk menghukum Niniwe. Bukan Allah berubah dalam hal ini. Ia berjanji bahwa jikalau Niniwe tidak bertobat maka Allah akan menghukumnya, itu artinya jikalau Niniwe bertobat, maka Allah tidak jadi menghukum kota itu. Dan itulah yang terjadi, Niniwe bertobat maka Allah tidak jadi menghukum kota itu.

Tetapi bagaimana dengan Sodom dan Gomora? Allah berkata jika ada sepuluh orang saja yang beriman di sana, Allah tidak akan menghukum kota itu. Tetapi apa yang terjadi? Ternyata tidak ada sepuluh orang yang beriman di kota itu. Maka Allah menepati janji-Nya untuk menghancurkan Sodom dan Gomora dengan api dan belerang dari Surga.

Namun Sodom dan Gomora yang anda hadapi jikalau anda tidak bertobat lebih daripada Sodom-Gomora yang dicatat Alkitab. Anda akan berada dalam api yang tak pernah padam untuk selama-lamanya. Anda akan masuk ke dalam neraka untuk selama-lamanya. Itu adalah ancaman Allah dan itu tidak pernah berubah, oleh sebab itu bertobatlah!

Oleh karena ancaman-ancaman Allah tidak berubah maka setiap pengkhotbah kebenaran tidak boleh mengubah ancaman-ancaman itu menjadi lebih lembut sehingga tidak menimbulkan rasa apa-apa di hati pendengarnya. Pengkhotbah kebenaran harus terus memberitakan bukan hanya kasih karunia yang diberikan cuma-cuma, bukan hanya tentang kasih Allah kepada manusia, tetapi ia juga harus menyampaikan bahwa murka Allah ada di atas kepala mereka. Bahwa ancaman Allah untuk mengirimkan mereka ke Neraka akan digenapi jika mereka tidak bertobat. Ingat ancaman-ancaman Allah tidak pernah berubah.

Saya akan memberikan poin yang terakhir tentang ketidakberubahan Allah ini.

Keenam, Objek-Objek Kasih Allah tidak Pernah Berubah

Ternyata bukan hanya kasih Allah yang tidak berubah, atribut Allah yang tidak berubah, tapi bahkan objek yang dikasihi-Nya juga tidak akan pernah berubah.

Spurgeon berkata, “Obyek kekekalan kasih Allah tidak pernah berubah. Orang-orang yang telah Allah panggil akan dibenarkan oleh-Nya, yang telah dibenarkan akan dikuduskan-Nya dan yang telah dikuduskan akan Dia muliakan.”

Ini adalah janji yang begitu indah dan agung bagi kita, kita yang adalah obyek-obyek kasih Allah akan tetap dikasihi-Nya untuk selama-lamanya, sampai akhirnya kita dimuliakan. Obyek kasih Allah tidak pernah berubah, jikalau anda adalah obyek kasih Allah, maka kasih-Nya kepada anda tidak akan berubah. Oleh karena kasih-Nyalah kepada anda, Dia menyelamatkan anda dan oleh Karena kasihnya Ia memilih anda menjadi anak-anak Allah. Dan saya percaya ketika anda menjadi obyek kasih Allah, obyek kasih Allah itu tidak akan pernah berubah artinya anda tetap dikasihi oleh Dia sampai selama-lamanya. Dan itu artinya bukan hanya Allah menyelamatkan anda sekarang ini, tetapi Allah menjamin keselamatan anda. Allah memelihara keselamatan anda, Allah menguatkan iman anda sampai akhir dan ini merupakan jaminan bahwa anda tidak akan pernah kehilangan keselamatan anda. Karena Allah tidak pernah mengubah keputusan-Nya untuk menjadikan anda sebagai obyek kasih-Nya. Anda akan tetap dikasihi-Nya bukan hanya sekarang ketika anda diselamatkan, tetapi untuk selama-lamanya anda tetap menjadi obyek kasih Allah. Berbahagialah jika anda sudah diselamatkan, karena anda adalah obyek kasih Allah dan anda tidak akan pernah tidak lagi menjadi obyek kasih Allah atau disingkirkan dari kedudukan anda sebagai obyek kasih Allah, karena obyek kasih Allah tidak pernah berubah dan itu adalah anda dan saya.

Amin.

Mengapa Ajaran Teologi Seseorang dapat Berubah?

Mengapa Ajaran Teologi Seseorang dapat Berubah?

Penulis : Daniel Lucas Lukito

PENDAHULUAN

Selesai mengisi tiga kali kebaktian Minggu di sebuah gereja di Surabaya, saya ditemani makan malam oleh dua orang majelis dari gereja tersebut. Di tengah-tengah santap malam tersebut salah seorang majelis bertanya kepada saya, "Pak Daniel, tahu tidak bahwa si anu (ia menyebut nama seorang hamba Tuhan) sekarang ikut ajaran yang aneh-aneh (ia juga menyebut nama ajaran atau lebih tepatnya sebuah aliran yang belakangan ini agak santer)?" Setelah saya menjawab, ya saya tahu, majelis itu bertanya lebih lanjut, "Lho, kok bisa ya? Hamba Tuhan yang studi baik-baik dan setahu saya orang itu punya pengajaran yang cukup baik kok bisa ikut pengajaran yang sumbang seperti itu?" Pertanyaan seperti ini bukan pertama kalinya dialamatkan kepada saya; sudah berkali-kali, di berbagai tempat, oleh segala macam orang, baik yang hamba Tuhan, majelis, mahasiswa teologi bahkan awam. Mereka umumnya menjadi bingung ketika mendengar adanya pendeta atau lulusan teologi yang terbina dengan baik-baik mengalami pergeseran dalam ajarannya.

Sekalipun menghebohkan dan membingungkan, sebenarnya perubahan ajaran teologi seseorang bukanlah hal yang baru. Perubahan itu juga belum tentu disebabkan pendidikan teologi seseorang hanya strata satu atau kurang mendalam. Sebab misalnya orang yang terdidik sampai gelar doktoral seperti Clark H. Pinnock dan yang sudah menulis banyak buku juga mengalami pergeseran dalam pengajarannya.1 Demikian pula apa yang terjadi pada Donald G. Bloesch,2 Norman Geisler,3 Jack Deere 4 dan seterusnya. Walaupun ada juga orang yang berubah dari teologi yang tidak baik (misalnya dari teologi liberalisme) menjadi teologi yang ortodoks (sebagai contoh apa yang terjadi pada Thomas C. Oden5), namun demikian agaknya orang yang teologinya berubah menjadi ngawur jumlahnya jauh lebih banyak daripada yang berubah menjadi baik.

Karena itu artikel ini mencoba melihat beberapa kemungkinan sebab-sebab seseorang dapat bergeser ajarannya. Saya memakai kata "kemungkinan" dengan pengertian walaupun ada beberapa sebab yang akan ditulis dalam artikel ini tetapi sebab-sebab itu belum tentu persis salah satu saja yang menyebabkan seseorang menjadi berubah. Ada kemungkinan beberapa sebab terjadi sekaligus, atau bisa juga ada sebab yang terselubung yang sulit dianalisis kecuali orang yang mengalaminya menulis buku, artikel, atau paling sedikit dapat dianalisis khotbah atau kesaksiannya. Jadi, istilah "kemungkinan" tidak berarti penulis ragu-ragu mengenai poin yang akan dibahas berikut ini, tetapi lebih kepada adanya kasus variabel yang berbeda-beda pada setiap orang.

SESEORANG DAPAT BERUBAH PENGAJARANNYA KARENA SITUASI KEHIDUPAN

Penulis merasa situasi kehidupanlah yang paling banyak mengubah pengajaran seseorang, sekelompok orang atau konteks berteologi dalam kelompok atau negara tertentu. Sebelumnya kita perlu mengerti terlebih dahulu apa yang dimaksud sebagai "situasi kehidupan." Yang dimaksud dengan "situasi kehidupan" adalah situasi sosial, politik, ekonomi, budaya yang melanda sekelompok orang atau satu negara. Situasi ekonomi sosial atau bahkan kesehatan fisik dan mental seseorang dapat memberikan pengaruh pada ajaran masing-masing. Untuk itu saya akan memberikan contoh satu per satu. Semisalnya, seorang bapak yang sudah menjadi Kristen dua puluh tahun tiba-tiba menderita sakit yang bersifat terminal alias mematikan. Sebagai orang yang awam dalam beriman bapak itu dapat mudah terpengaruh oleh ajakan untuk mengikuti ajaran yang menawarkan kesembuhan. Mengapa mudah terpengaruh? Jawabnya adalah karena situasi kehidupannya secara pragmatis akan menuntunnya untuk mencari kesembuhan, apalagi kalau ia sudah berobat ke sana ke mari, menghabiskan biaya yang besar, ditambah lagi orang di sekitarnya sudah lelah mengurusi sakit-penyakitnya. Apakah orang ini juga akan dapat mengikut aliran kesembuhan di luar kekristenan? Jawabnya adalah sangat mungkin, karena yang menawarkan kesembuhan di dunia ini bukan hanya dalam kekristenan saja, tetapi juga agama-agama lain, dukun, terkun (setengah dokter, setengah dukun), ilusionis, new age (tenaga prana, kundalini), spesialis atau penyembuh populer semacam Deepak Chopra6 atau transcendental meditation dan sebagainya. Kelompok non-Kristen sekarang ini menawarkan kesembuhan bukan hanya melalui buku-buku saja, tetapi juga melalui kursus-kursus, pelatihan-pelatihan, VCD, DVD, televisi satelit, seminar di hotel berbintang dan sebagainya. Di Indonesia sekarang ini seminar-seminar Reiki banyak ditawarkan bukan hanya di kota-kota besar teta pi sudah membuka cabang dan pasang iklan di kota kecil seperti di kota Malang di mana penulis berdomisili.

Seseorang yang ada dalam situasi secara pribadi menderita sakit parah adalah wajar mengharapkan kesembuhan, dan karena ia adalah orang yang beriman kepada Kristus wajar apabila ia berdoa bertalu-talu untuk memohon kesembuhan seturut dengan imannya kepada Kristus. Yang tidak wajar adalah apabila ia berpendapat (baik diucapkan atau tidak pendapatnya itu) bahwa tidak menjadi masalah siapa yang menyembuhkan asalkan ada channel atau jalan keluar bagi masalah yang dihadapinya. Orang itu kemungkinan besar -- saya katakan kemungkinan besar karena kenyataannya belum tentu selalu demikian -- akan mengalami kesembuhan secara fisik, tetapi imannya tidak mengalami "kesembuhan," dalam arti imannya akan mengalami pergeseran berhubung dengan berubahnya oritentasi pemikirannya tentang siapa yang menjadi tuan di dalam kehidupanya. Paling sedikit ia akan mengalami disorientasi atau kebingungan mengenai locus fide i (tempat berpijak bagi iman) untuk pribadinya sendiri, karena tiba-tiba imannya mendapatkan alternatif atau saingan, dan akibatnya sekalipun orang itu masih ke gereja tetapi sasaran imannya sudah tidak tunggal lagi dan ia memiliki options (pilihan) sebab secara pragmatis di dalam hatinya yang terdalam ia merasa memiliki "cadangan devisi" yang cukup di luar Kristus di dalam menjadi kehidupan selanjutnya.

Selain perubahan doktrin yang terjadi pada pribadi seseorang, sekelompok orang atau pengajaran sekelompok orang dalam sebuah negara juga dapat berubah karena situasi kehidupannya. Contoh yang klasik adalah teologi pembebasan di Amerika Latin,7 teologi penderitaan Allah di Jepang,8 teologi Minjung di Korea Selatan;9 kesemuanya itu berkaitan dengan situasi politik/ekonomi/sosialnya menuntut orang-orang yang berteologi di sana untuk menanggapi situasi kehidupan mereka secara kontekstual. Sebagai contoh, teologi injil sosial yang dicetuskan oleh Walter Rauschenbusch10 di Amerika Serikat pada awal abad kedua puluh adalah sebuah case study yang menarik. Rauschenbusch pada mulanya adalah pendeta yang melayani di kalangan konservatif dan ia mengalami kenyataan konteks pergumulan masyarakat yang ia layani mengarah ke kapitalisme, di mana yang kaya tambah kaya dan yang miskin khususnya orang yang berkulit hitam menjadi tambah miskin. Hal ini berlangsung dalam situasi kehidupan yang berlarut-larut dan melahirkan ketidakadilan ekonomi maupun sosial. Hal ini ditambah lagi tidak ada keputusan politis dalam konstitusi pemerintah Amerika yang didominasi orang Kristen dan tidak ada upaya kontekstual apa pun yang dilakukan oleh gereja Baptis, Methodis, Episkopal, Reformed dan sebagainya untuk mengatasi situasi kehidupan yang tidak adil tersebut. Karena itu lahirlah teologi injil sosial.

SESEORANG DAPAT BERUBAH PENGAJARANNYA KARENA KEBUTUHAN YANG MENDESAK

Yang dimaksud dengan kebutuhan adalah adanya sesuatu yang menjadi minat atau hasrat yang kuat dari seseorang atau sekelompok orang, bauk yang didasarkan atas sesuatu yang tidak ada atau yang dirasakan kurang (tidak dimiliki). Sesuatu yang dibutuhkan secara positif terjadi baik secara kualitas maupun kuantitas. Sebagai contoh, apabila ada sebuah gereja yang selama puluhan tahun tidak mengalami kemajuan alias mandek pertumbuhannya, gembala sidang secara pribadi atau sekelompok orang dalam jemaat itu dapat saja termotivasi oleh pertumbuhan gereja yang pesat dari kalangan denominasi lain atau dari kelompok lain yang sekalipun dari segi ajaran amat jauh berbeda dengan gereja yang tidak maju itu. Tujuan dan pengharapannya adalah baik, yaitu mereka menginginkan pertumbuhan yang pesat baik secara kualitas dan kuantitas jemaatnnya berdasarkan stimulus dari perkembangan pertumbuhan gereja denominasi lain. Jadi secara naturalny a kebutuhan ini adalah kebutuhan yang sah dan baik untuk dipikirkan.

Persoalan yang akan muncul adalah apabila demi terpenuhinya kebutuhan pertumbuhan gereja yang mandek itu, gembala sidang (atau kadang-kadang istri gembala sidang atau rekan kerjanya) atau sekelompok orang baik secara sadar atau tidak mulai mengadopsi semua atau sebagian doktrin dasar yang dianut oleh gereja yang pertumbuhannya maju itu. Hal ini adalah sesuatu yang kemungkinan besar akan terjadi, sebab kebanyakan gereja yang maju memiliki kisah pertumbuhannya tersendiri baik yang dialami oleh pemimpinnya atau majelis atau kelompok tertentu. Kisah-kisah tersebut ada yang berkaitan dengan pengalaman pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus, penglihatan istimewa, peruba110 pola ibadah, dan yang paling sering terjadi adalah adanya perubahan pada doktrin dasar tentang pekerjaan atau karunia Roh Kudus. Ada lagi gereja yang bertumbuh itu mengalami perubahan dalam ekklesiologi, soteriologi, atau bahkan eskatologinya. Karena yang namanya pengaruh itu biasaya terjadinya secara perlahan-lahan, maka biasanya tanpa disadari gereja yang kurang maju itu pada akhirnya mengadopsi sebagian atau seluruh bagian ajaran teologi yang dianut oleh gereja yang perkembangannya pesat itu.

Sebagai contoh, gereja Vineyard Movement yang berkembang dibawah kepemimpinan almarhum John Wimber, seorang pendeta yang senang menyanyi, mengarang lagu dan berbadan subur. Wimber tadinya adalah seorang yang memiliki kepercayaan ortodoks, tetapi setelah ia melihat dan mempelajari perkembangan gereja Kharismatik, serta ia sendiri mengakui memiliki pengalaman yang istimewa di dalam Roh Kudus, maka ia merasa terpanggil untuk membentuk sebuah gereja yang pola ibadahnya berbeda sama sekali. Sekalipun Wimber dalam berbagai kesempatan menegaskan bahwa Vineyard Movement tetap mempertahankan teologi injili namun pada kenyataannya pengajaran Vineyard pada akhirnya lebih dekat dengan gereja Kharismatik ketimbang gereja injili.11

Hal ini berarti sekelompok orang dapat berubah pengajarannya karena adanya kebutuhan yang mengakibatkan pergeseran (drifting) yang terjadi secara halus dan meresap secara lambat laun. Kalau sekelompok orang bisa terpengaruh dan berubah seperti itu, apalagi pribadi lepas pribadi. Maksud saya, misalnya ada seseorang yang bersaksi bahwa Tuhan atau Tuhan Yesus mengunjunginya baik melalui mimpi, penglihatan, nubuat dan sebagainya, kesaksian pengalaman khusus tersebut lebih sulit dianalisis kebenarannya. Bila ditanya bagaimana orang itu bisa memberikan kesaksian demikian, jawabannya adalah sulit untuk ditelusuri. Sama sulitnya dengan itu adalah bila ditanyakan mengapa ia bisa memberikan kesaksian demikian. Walaupun sulit, kita dapat menjawab sebagai berikut: pertama, kemungkinan Tuhan betul-betul menjumpai orang itu secara khusus, karena itu ia tidak dapat tidak memberikan kesaksian itu karena dorongan dari Roh Tuhan. Kalau benar begitu, maka baik saya atau siapa pun kita, tidak pada tempatnya menilai apalagi mengkritik pengalaman khusus tersebut. Tetapi menurut pengamatan saya berdasarkan penelitian dari firman Tuhan, pengalaman khusus tersebut adalah sesuatu yang amat sangat langka dewasa ini.

Saya lebih cenderung tergoda untuk berpikir lain. Maka dari itu, kedua, bagi saya kemungkinan pengalaman kesaksian itu disampaikan karena adanya kebutuhan yang dapat dipertanyakan dan yang kemungkinan besar bukan dari Tuhan karena adanya indikasi kontradiksi dengan prinsip-prinsip Alkitab. Tentu pertanyaannya adalah jikalau bukan dari Tuhan, lalu dari siapa? Jawab saya: dari orang itu sendiri dan kebutuhannya secara pribadi. Kebutuhan yang seperti apa? Menurut saya, seperti Kejadian 3:5, yaitu kebutuhan ingin menjadi seperti Allah, atau paling sedikit kebutuhan ingin memiliki pengalaman kenabian dan kerasulan. Pengalaman mentransendentalisasikan diri seperti ini adalah sebuah kebutuhan yang sejak taman Eden sampai sekarang saya kira tidak akan pernah berhenti ada pada setiap manusia. Apalagi kalau manusia itu tidak terkenal atau kurang populer dan ia tergoda ingin menjadi seorang rohaniwan yang terkenal dan pop uler dengan kesaksiannya yang tidak dapat dideteksi kebenarannya tetapi yang setara dengan pengalaman para nabi dan rasul.

Yang saya maksud dengan usaha mentransendentalisasikan adalah usaha manusia, baik orang berdosa atau orang Kristen dan terutama hamba Tuhan, untuk memenuhi kebutuhan dirinya dalam hal melepaskan keterbatasan naturnya sebagai manusia dan sekaligus meloncat memasuki sebuah dimensi natur yang menurutnya adalah natur yang ideal dan spektakuler untuk dijalani. Natur yang tidak ideal itu apa? Natur yang tidak ideal adalah natur yang penuh dengan sakit-penyakit, kekalahan, penderitaan, penganiayaan, pergumulan dan seterusnya. Sedangkan natur yang idealis kenabian dan kerasulan adalah natur yang selalu mengalami kemenangan, kesembuhan, jago bernubuat, pandai melihat yang jauh di sini atau di situ, orang ini atau atau orang itu; pendeknya, itulah natur yang selalu bersifat mengena, pragmatis dan tokcer. Itulah sebabnya mungkin meskipun tidak diucapkan saya rasa banyak orang, dan sekali lagi, termasuk hamba Tuhan, mau m emiliki natur yang idealis tersebut. Sebab apa? Sebab kebutuhan untuk menjadi hebat, berhasil dan membuat banyak orang terpesona adalah kebutuhan yang menggoda setiap orang. Tetapi bayarannya adalah kebutuhan ini akan menggeser ajaran sehat seseorang. Saya tidak tahu apakah orang yang sudah memasuki fase idealis itu benar-benar sudah pernah berpikir mengenai harga yang harus dibayar ini, atau bisa juga soal harga yang harus dibayar ini tidak dipikirkannya, karena memang sudah kebiasaannya tidak atau kurang memakai pikirannya.

Dalam konteks ini saya ingin mengangkat sebuah tulisan yang menarik dari Scot McKnight yang berjudul "From Wheaton to Rome: Why Evangelicals Become Roman Catholic?"12 McKnight mengamati cukup banyaknya orang injili di Amerika Serikat akhir-akhir ini yang berubah pengakuan imannya dan menjadi penganut Katolik Roma. Yang lebih menarik adalah perubahan iman itu bukan hanya dialami oleh orang awam di gereja, tetapi juga ada beberapa orang yang disebut oleh McKnight sebagai lulusan teologi atau bahkan pelayan Tuhan dari sekolah teologi injili. Di antaranya ada yang bernama Marcus Grodi dan Scott Hahn, keduanya adalah lulusan dari Gordon-Conwell Theological Seminary, sebuah seminari injili yang sangat baik ajarannya di South Hamilton, Massachusetts, Amerika Serikat.13 Tiga orang lainnya, yang bernama David Palm, Richard White, dan Vaughn Treco, ada lah bekas murid McKnight dan ketiganya pernah menempuh pendidikan teologi di Trinity Evangelical Divinity School, sekali lagi sebuah seminari injili yang sangat terkenal di Deerfield, Illinois, Amerika Serikat.14 Maka orang menjadi bertanya-tanya: Kok bisa, ya?

Setelah meniliti kisah perubahan teologi mereka dan konteks yang melatarbelakangi perubahan tersebut, McKnight kemudian membuat sebuah analisis mengenai sebab utama yang memicu pergeseran tersebut. Menurutnya, adanya sebuah "desire for transcendence" itulah yang menjadi sebab utamanya.15 Yang ia maksudkan adalah adanya sebuah krisis yang dialami seseorang yang disebabkan oleh pelbagai faktor sehingga menuntun orang itu untuk melakukan "pencarian" yang arahnya menuju pada perubahan religius. Tetapi, lebih dari itu, hasrat untuk mentransendentalisasikan diri itu adalah "a crisis about the limitations of the human condition and a desire to go beyond the human experience."16 Inilah yang telah saya paparkan di atas mengenai kecenderungan manusia dari taman Eden hingga sekarang, yaitu senantiasa berusaha memenuhi kebutuhan dirinya dal am hal melepaskan keterbatasan naturnya sebagai manusia (membuang jauh-jauh limitasi yang ada pada naturnya) dan sekaligus meloncat memasuki sebuah dimensi natur yang menurutnya adalah natur yang ideal atau dapat go beyond untuk memasuki suatu dimensi pengalaman yang lebih baru, lebih hebat, lebih certain, lebih berotoritas, dan lebih meyakinkan.

Kita sudah melihat hal yang hampir sama terjadi di Indonesia. Selain perubahan teologi dari injili menjadi ekumenikal atau sebaliknya, dari Protestan menjadi Katolik atau sebaliknya, yang paling sering dan dan yang paling banyak terjadi adalah bergesernya teologi atau ajaran seseorang menuju pada ajaran Kharismatik atau jenis-jenis variannya. Gejala ini bukan hanya terjadi di kalangan kaum awam yang dianggap masih elementari teologinya, tetapi juga terlihat pada pendeta atau istri pendeta yang sudah lulus pendidikan teologi dan bahkan ada yang sudah bertahun-tahun melayani sebagai tenaga purnawaktu. Maka, kembali pada pertanyaan semula yang sanagt mendasar: Ini adalah murni pekerjaan Tuhan pada seseorang atau sekelompok orang, atau ini adalah upaya seseorang atau sekelompok orang yang mengalami krisis lalu mengambil inisiatif sendiri karena menyadari adanya limitasi diri dan sekaligus ingin go beyond dari peng alaman lama yang membosankan menuju pada pengalaman baru yang lebih berhasil? Mana di antara dua pilihan itu yang menjadi jawabannya kembali terpulang pada orang atau sekelompok orang yang mengaku memiliki pengalaman tersebut. Yang penting adalah kita semua deep down inside di dalam hati harus jujur di hadapan Tuhan sambil mengingat pesan dari firman-Nya, "...kita semua harus menghadap tahta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidup ini, baik ataupun jahat" (2Kor. 5:10).

SESEORANG DAPAT BERUBAH PENGAJARANNYA AKRENA RASIONALISME YANG BERLEBIHAN

Salah satu godaan terbesar ketika seseorang belajar tentang teologi adalah kecenderungan ingin melewati baas dari yang seharusnya. Yang saya maksudkan adalah batas wilayah dan kemampuan berpikir yang pada masing-masing peneliti teologi harus disadarinya. Sebab mendayagunakan akal secara maksimal tanpa kaidah atau ketentuan yang jela130111 menuntun pada bahaya membangun ajaran yang tidak sesuai dengan firman Tuhan. Sekalipun telah mengetahui dari Ulangan 29:29 tentang adanya "[h]al-hal yang tersembunyi... bagi TUHAN, Allah kita" dan adanya "hal-hal yang dinyatakan...bagi kita," kenyataan ini tidak menyadarkan banyak orang akan adanya batas yang tidak boleh dilewati tersebut. "Hal-hal yang dinyatakan" jelas menunjuk pada wahyu atau apa yang Allah singkapkan dan jelaskan bagi kita, sedangkan "hal-hal yang tersembunyi" jelas menunjuk pada misteri yang Tuhan tahan dan tidak Ia ungkapkan kepada manusia. Jadi, epistemologin ya sederhana saja, yakni di dalam berteologi akal kita harus mengenal atau dibuat mengenal apa-apa saja yang boleh dipikirkan atau dilanjutkan untuk dipikirkan. Kegagalan melakukan langkah antisipasi dalam poin ini akan mendatangkan kekacauan epistemologi dengan akibat seseorang akan menjadi "rakus" dalam menelan ajaran apa saja untuk mengenyangkan pikirannya, atau ia akan menjadi "gerilyawan" atau "preman" di hutan teologi yang dirasakannya tidak memiliki perbatasan, sehingga ia merasa ia dapat berpikir seenaknya atau sesukanya tanpa memperhatikan kaidah atau rambu yang seharusnya.

Sebetulnya, jangankan mengetahu tentang "hal-hal yang tersembunyi," untuk mengetahui secara menyeluruh tentang "hal-hal yang dinyatakan" saja adalah sebuah ketidakmungkinan dalam teologi. Apakah ada orang yang dapat meraih atau merangkum seluruh wahyu Allah? Apakah kita dapat menjelaskan secara tuntas proses terjadinya sebuah mujizat? Jikalau jawabnya adalah tidak mungkin, maka jelaslah apabila ada orang yang mencoba melampau garis batas itu, ia sedang melakukan langkah berteologi secara keliru dan sekaligus "liar." Akibat yang paling langsung dari langkah itu adalah lahirnya skeptisisme terhadap wahyu atau terhadap mujizat. Maka tidaklah mengherankan, apabila F. Schleiermacher (1768-1834) tidak ragu-ragu mengatakan: "Christ is the end of miracle," B. Spinoza (1632-1677), yang tadinya adalah seorang Calvinis yang berubah menjadi panteis, sebelumnya telah membuka jalan bagi lahirnya skeptisisme di darata n Eropa terhadap iman Kristen. Bagi Spinoza banyak data dalam Alkitab yang disampaikan sebagai data riil dan dipercaya sebagai riil sebetulnya hanya bersifat simbolikal dan imajiner. Maksudnya, data Alkitab, khususnya cerita-cerita mujizat, tidak betul-betul terjadi dalam ruang dan waktu, karena semuanya dapat dijelaskan secara alami. Misalnya, menurut Spinoza, tulah-tulah yang dikisahkan dalam kitab Keluaran 9-10 yang dipercaya sebagai keajaiban perbuatan Tuhan sebenarnya hanyalah serangkaian bencana alam yang bersifat kumulatif dan tidak ada hubungannya dengan mujizat. Demikian pula peristiwa dibelahnya laut Merah (Kel. 14:21) yang dipercaya sebagai mujizat hasil perbuatan Allah sebenarnya hanyalah peristiwa alam yang disebabkan oleh tiupan angin timur yang keras sepanjang malam dan sama sekali tidak ada unsur ilahi di dalamnya.17 Penjelasan model skeptik seperti ini adalah contoh penggunaan rasio yang tidak mengenal batas.

Contoh lain adalah Thomas Hobbes (1588-1679). Menurutnya, mujizat yang dapat terlihat dalam ciptaan belum tentu merupakan mujizat dalam arti yang sebenarnya, karena bila kita melihat kemungkinannya, mujizat seperti itu jarang terjadi; atau jikalau mujizat yang seperti itu memang benar-benar terjadi, sungguh sulit membayangkan adanya sebuah sarana natural yang terkait di dalamnya. Karena itu bagi Hobbes, masalahnya bukan lagi apakah kita melihat sebuah mujizat sudah dilakukan, bukan juga masalah apakah mujizat yang kita dengar, yang kita baca itu adalah mujizat yang riil atau bukan, tetapi masalahnya adalah apakah laporan tentang mujizat itu sendiri benar dan bukannya sebuah penipuan.18

Orang yang tidak kalah radikal dan skeptisnya dengan tiga tokoh di atas adalah David F. Strauss (1808-1874). Menurutnya, pada zaman Yesus banyak orang yang gemar mentransformasikan imajinasi religius menjadi peristiwa mitologis yang sebenarnya tidak pernah sungguh terjadi. Sebagai contoh, masih menurut Strauss, perkataan Tuhan Yesus tentang "penjala manusia" telah ditransformasikan menjadi sebuah kisah tentang penangkapan ikan yang begitu banyak yang terjadi secara ajaib. Contoh lain adalah tentang Tuhan Yesus menyembuhkan orang yang sakit kusta. Yang sesungguhnya adalah, dalam berbagai kesempatan Yesus sudah sempat menyatakan pandangan-Nya bahwa ada pasien tertentu yang tidak lagi berada dalam status menular, dan pernyataan itu ditransformasikan oleh penulis injil menjadi cerita tentang mujizat penyembuhan. Demikian pula kisah-kisah penyembuhan yang dilakukan Yesus pada hari sabat sebenarnya merupakan pernyataan-per nyataan Yesus berkenaan dengan sabat yang tidak ada hubungannya dengan peristiwa penyembuhan.19 Sekali lagi, penjelasan model skeptis seperti ini adalah penjelasan yang berusaha "menguburkan" kesaksian firman Tuhan dengan penggunaan rasio secara keblablasan.

Hampir sama dengan pendekatan keempat tokoh tersebut adalah cara berpikir dari Karl Barth (1886-1968). Pada umumnya Barth menghindari pembicaraan karena topik yang dibahasnya berkaitan dengan mujizat. Alasannya, topik mengenai mujizat adalah sebuah misteri dari aktivitas Allah yang berdaulat. Kalaupun mau dibicarakan, menurutnya, mujizat menununjuk pada kualitas simbolik yang melampaui kisah mujizat itu sendiri. Misalnya, Yesus memberi makan lima ribu orang melalui lima roti dan dua ikan. Baginya, ini adalah kisah yang bermakna simbolik untuk menunjuk pada pengajaran tentang perjamuan kudus dan bukan pada mujizat itu sendiri. Mujizat Yesus meneduhkan angin topan menurutnya adalah sebuah pelajaran yang dapat diaplikasikan gereja dalam sejarah, yakni bahwa Tuhan akan meneduhkan gelombang permasalahan yang melanda kehidupan gereja. Jadi, sekali lagi, ini adalah nilai simbolik yang memberikan makna, bukan mujizat yang benar-benar terjadi. Kalau di dalam Alkitab banyak dikisahkan mengenai Yesus mengusir setan, menurut Barth, hal itu bukan sebenarnya demikian, karena maknanya adalah hendak mengajarkan bahwa Yesus adalah penguasa dan pemenang yang mengatasi segala kuasa jahat di angkasa.20 Jadi, boleh dikata, semua kisah mujizat dalam Alkitab dapat dipelintir sedemikian rupa sesuai dengan maunya rasio manusia mengartikan. Pada akhirnya, produk yang dihasilkan dengan cara berpikir tanpa batas seperti ini adalah sebuah ajaran yang sama sekali berbeda dengan maksud firman Tuhan.

SESEORANG DAPAT BERUBAH PENGAJARANNYA KARENA KUASA KEGELAPAN

Di dalam Alkitab beberapa kali telah dinyatakan bahwa Iblis, roh jahat atau kuasa kegelapan memainkan peranan yang cukup dominan dalam rangka membuat seseorang atau sekelompok orang bergeser ajarannya. Misalnya, Wahyu 12:9 mengatakan: "Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya." Pada ayat ini firman Tuhan, memberikan indikasi bahwa Iblis dan malaikat-malaikatnya (atau lebih tepat, "roh-roh jahatnya") memiliki kemampuan melakukan salah satu karya besarnya, yakni menyesatkan manusia. The Living Bible menerjemahkan istilah tersebut dengan "Satan, the one deveiving the whole world." Iblis memiliki kemampuan besar untuk melakukan "deception" (penipuan) dengan pengalaman selama beberapa millennium. Hal ini terlihat dalam perkataan rasul Paulus di 2 Korintus 11:3, yang mengatakan: "Hawa diperdaya oleh ular itu dengan kelicikannya (NIV: Eve was deceived by the serpent�s cunning)." Bagaimana cara Iblis memperdaya atau menipu manusia? Menurut Paulus, Iblis memiliki kemampuan untuk "menyamar sebagai malaikat terang" (2Kor. 11:14). Ayat 2 Korintus 11:14 tersebut menarik, sebab pada ayat ke-13 Paulus mengatakan, "Sebab orang-orang itu adalah rasul-rasul palsu, pekerja-pekerja curang, yang menyamar sebagai rasul-rasul Kristus." Jadi jika pertanyaannya adalah bagaimana cara Iblis melakukan deception, maka jawabannya adalah melalui orang-orang yang menyamar seolah-olah mereka adalah rasul-rasul Kristus yang sebetulnya ialah rasul-rasul palsu.21 Jikalau tugas utama seorang rasul ialah memberitakan firman Tuhan dan mengajar, maka hal itu berarti Iblis pun gemar memasuki dimensi penyesatan melalui pemberitaan dan pengajaran.

Dalam surat yang lain, rasul Paulus mengatakan: "... di waktu-waktu kemudian, ada orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat [NIV: deceiving spirits] dan ajaran-ajaran setan [NIV: things taught by demons] oleh tipu daya pendusta-pendusta yang hati nuraninya memakai cap mereka" (1Tim. 4:1-2). The Living Bible mengatakan bahwa orang-orang yang murtad itu "become eager followers of the teachers with devil inspired ideas." Dari pernyataan ini ada beberapa hal yang dapat disimpulkan: pertama, penyesatan dan pengajaran adalah dua istilah yang dikaitkan dengan pekerjaan roh-roh jahat. Artinya, salah satu aktivitas roh-roh jahat disalurkan melalui teachings atau rumusan-rumusan pengajaran untuk mempengaruhi manusia. Tentunya yang dimaksud dengan pengajaran di sini adalah pengajaran yang berbeda dengan pengajaran yang benar dan sehat, namun penampilan dan penyampaiannya dikemas d antu131112k, sistematika dan cara yang mirip dengan kebenaran yang sejati dengan tujuan supaya orang yang tidak berhati-hati dan tidak berjalan di dalam kebenaran akan tertipu atau teperdaya.

Yang kedua, karena disebut tentang adanya "orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan," hal ini berarti roh-roh jahat akan menyebarkan pengajaran sesat melalui medium manusia, baik yang mengaku sebagai orang yang mengikut Kristus, atau hamba Tuhan (ingat, Iblis mampu menyamar sebagai malaikat terang dan menciptakan rasul palsu seperti yang dikatakan dalam 2Kor. 11:13-14).

Apakah Iblis akan terang-terangan mengaku dari dirinya sendiri bahwa ia sedang mengajarkan pengajaran palsu dan sedang berusaha mempengaruhi sebagian orang supaya menjadi sesat? Saya rasa cara kerja Iblis tidaklah terang-terangan demikian. Selama beberapa millennium menjalani aktivitas ini Iblis tahu strategi dan trik yang lihai dan licin untuk mengelabui manusia melalui aktivitas manusia lainnya yang telah menjadi alat atau agent-nya. Oleh sebab itulah untuk mengenali pengajaran sesat saja sulit, apalagi mengenali the master mind di belakang pengajaran sumbang tersebut. Namun demikian, melalui penelitian firman yang baik dan sensitivitas terhadap pimpinan Roh Kudus, seseorang yang beriman kepada Kristus akan dapat mengenali keduanya dengan pertolongan Tuhan.

Ketiga, Iblis memiliki kemampuan untuk menginspiriasikan ide atau pengajaran sumbang melalui cara-cara yang sulit terdeteksi. Mungkin Yudas 4 bisa sedikit menjelaskan apa yang saya maksudkan, sebab di sana dikatakan "...ternyata ada orang tertentu yang telah masuk menyelusup di tengah-tengah kamu." Bagaimana caranya orang bisa masuk menyelusup ke tengah-tengah jemaat tanpa terdeteksi adalah "seni" yang bersifat satanis. Apa tujuannya orang masuk menyelusup di tengah-tengah jemaat jikalau bukan untuk maksud menyesatkan atau menipu? Karena itu orang Kristen di mana pun dan gereja denominasi apa pun harus berhati-hati terhadap orang-orang yang sudah terinspirasi oleh Iblis, sebab orang-orang yang demikian akan melakukan kegiatan yang sulit terdeteksi dengan motif yang destruktif.

Pengajaran palsu yang dilakukan Iblis melalui guru-guru palsu yang masuk menyelusup akan lebih sulit lagi dideteksi sebagai palsu apabila pengajaran itu diberikan dengan disertai oleh perbuatan ajaib, tanda-tanda, mujizat dan karunia-karunia spektakuler lainnya, sehingga di dalam keterpesonaannya itu orang menjadi tidak kritis dan pikirannya menjadi kurang nalar untuk memperhatikan rumusan pengajaran yang diberikan bersamaan dengan hal-hal yang memesonakan itu. Maka dari itu ada baiknya kita memperhatikan pesan yang jauh-jauh hari sudah disampaikan oleh rasul Paulus dalam 2 Tesalonika 2:9-12, "Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu, dengan rupa-rupa tipu daya jahat terhadap orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka. Dan itulah sebabnya Allah mendatan gkan kesesatan atas mereka, yang menyebabkan mereka percaya akan dusta, supaya dihukum semua orang yang tidak percaya akan kebenaran dan suka kejahatan." Kalau Iblis mampu datang dan bekerja melalui manusia dengan diselubungi oleh berbagai penampilan spektakuler yang dapat membutakan manusia sehingga tidak dapat melihat kebenaran, hal ini adalah sesuatu yang sangat berbahaya sekali. Karena apa? Karena itu adalah cara yang sangat cerdik tetapi sekaligus jahat. Itulah sebabnya di zaman sekarang pun kita akan menjumpai dari kebenaran [LB: have left the path of truth] dengan mengajarkan bahwa kebangkitan ... telah berlangsung dan ... merusak iman sebagian orang" (2Tim. 2:18). Pengajar-pengajar palsu model Himeneus dan Filetus di abad ke-21 tentunya akan mengajarkan lebih banyak lagi doktrin-doktrin yang menyimpang dari kebenaran dengan akibat lebih banyak lagi orang yang rusak imannya.

PENUTUP

Saya selalu merasa bahwa akar permasalahan yang menjadi sebab seseorang dapat bergeser ajaran teologinya adalah mulai mengendurnya atau tidak adanya penghargaan atau penundukan diri orang itu terhadap otoritas firman Tuhan. Jangan salah mengerti. Yang saya maksudkan bukanlah sekadar membaca Alkitab di rumah atau seperti pendeta gereja Prostestan membaca Alkitab di mimbar sebelum berkhotbah (karena memang tidak bisa tidak membaca Alkitab dan tidak bisa membaca kitab Apokrifa, misalnya). Yang lebih penting adalah penghargaan dan penundukkan diri itu dihidupi dan berurat akar secara nyata dalam kehidupan sehari-hari dan pelayanan. Letak Alkitab seharusnya ada pada posisi di atas orang itu, bukan sebaliknya ada di bawah. Dengan demikian, otoritas Alkitab menjadi hidup dan memiliki efektivitas di atas kehidupan dan pelayanan orang itu. Bagi mereka yang secara sadar atau tidak bersikap antiotoritas ter hadap membangun otoritas diri sendiri untuk menjadi figur setaraf dengan nabi, rasul, atau minimal, seperti Paus di Vatikan yang keberadaannya dianggap infallible dan tidak dapat diganggu gugat. Apakah posisi seperti ini yang memang diinginkan oleh beberapa pemimpin gereja sekarang ini?

Karena itulah, apabila kita memperhatikan isi Alkitab secara seksama, berkali-kali di dalamnya dapat dijumpai peringatan mengenai bahaya ajaran sesat atau ajaran palsu.22 Rasul Paulus misalnya pernah mengatakan "awasilan dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu" ("watch your life and doctrine closely"; 1Tim. 4:16a). Hal ini berarti cara dan prinsip seseorang menjalani kehidupan ini adalah sama pentingnya dengan apa yang dipercayai dan dipegangnya sebagai ajaran yang sehat. Atau, dapat pula dikatakan cara dan prinsip kehidupan dekat sekali pengaruhnya terhadap cara dan prinsip berteologi seseorang, demikian pula sebaliknya. Senada dengan itu baiklah kita memperhatikan peringatan Paulus dalam Roma 16:17-18 di mana ia berkata: "Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, supaya kamu waspada terhadap mereka, yang bertentangan dengan pengajaran yang telah kamu terima, men imbulkan perpecahan dan godaan. Sebab itu hindarilah mereka! Sebab orang-orang demikian tidak melayani Kristus, Tuhan kita, tetapi melayani perut mereka sendiri. Dan dengan kata-kata mereka yang muluk-muluk dan bahasa mereka yang manis mereka menipu orang-orang yang tulus hatinya."

Nasihat tegas seperti itu benar-benar harus diperhatikan oleh kita semua, apalagi di akhir zaman ini di mana "... orang tidak dapat lagi menerima ajaran yang sehat" (2Tim. 4:3). Bukan hanya itu saja. Di beberapa tempat kita dapat melihat cukup banyak orang atau bahkan pendeta berusaha membangun otoritas mereka sendiri yang pada dasarnya adalah bukan kebenaran. Karena itu, kita yang setia kepada Kristus dan firman-Nya haruslah lebih berhati-hati menjalani kehidupan ini sambil berjaga-jaga terhadap segala situasi kehidupan, kebutuhan, penggunaan akal dan serangan dari kuasa kegelapan, supaya kita "... will no longer be like children, forever changing our minds about what we believe because someone has told us something different, or has cleverly lied to us and made the lie sound like the truth" (Ef. 4:14; Living Bible).23


  • Pergeseran teologi Pinnock yang lebih menghebohkan daripada pikirannya yang berubah tentang inerasi adalah dalam hal doktrin tentang Allah yang menurutnya dapat berubah. Dalam hal ini ia berbeda secara tajam dengan konsep Allah yang umum dipegang kaum Injili, yaitu bahwa Allah tidak dapat berubah (the immutable God). Lih. mis. Clark Pinnock, et al., The Oppenness of God: A Biblical Challenge to the Traditional Understanding of God (Downers Grove, IL: IVP, 1994). Untuk melihat pergeseran ajarannya dalam bibliologi, lih. Rex. A. Koivisto, "Clark Pinnock and Inerrancy: A Change in Truth Theory?," Journal of the Evangelical Theological Society 24/2 (June 1981) 139-151.

  • Karya utamanya adalah Essential of Evangelical Theology (Peabody, M.A: Prince, 1998). Posisi teologinya mulai jelas terlihat berubah menjadi neo-ortodoks dalam bukunya Holy Scripture (Downers Grove, IL: InterVarsity, 1994). Ciri posisi neo-orthodoks yang terlihat dalam Holy Scripture adalah misalnya pada penegasan Bloesch: "The Bible is not in and of itself the revelation of God but the divinely appointed means and channel of this revelation" (h. 57). Lebih lanjut ia mengatakan: "... final authority is not what the Bible says but what God says in the Bible... Scripture is one step removed from revelation" (h. 60,68). Pandangan yang menceraikan Alkitab dari wahyu seperti ini apakah masih dapat disebut Injili?

  • Lih. kritik pihak lain tentang pikiran apologetisnya yang bernuansa neo-thomistis; Richard A. Purdy, "Norman Geisler�s Neo-thomistic Apologetics," Journal of the Evangelical Theological Society 25/3 (September 1982) 351-358.

  • Jack Deere tadinya adalah dosen atau profesor di Dallas Theological Seminary, sebuah seminary Injili dispensionalistis yang terkenal dengan ajarannya yang ortodoks. Deere kemudian mulai mempraktekkan eksorsisme dan faith healing yang justru berseberangan dengan posisi penn semi132113nari itu, sehingga akhirnya pada 1988 ia dikeluarkan dari Dallas Seminary. Lih. Glenna Whitley, "True Believer," Dallas Life Magazine (April 17, 1988) 1-8. Lih. juga kesaksian dan apologi Deere dalam Surprised By the Power of the Spirit (Grand Rapids: Zondervan, 1993) khususnya h. 13-41.

  • Oden adalah seorang guru besar yang mengajar di Drew Theological Seminary, Madison, New Jersey, Amerika Serikat. Lih. pengakuannya mengenai posisi injilinya dalam karyanya Requiem: A Lament in Three Movements (Nashville: Abingdon, 1995) 15 dst.

  • Lih. mis. pembahasan cukup ringkas tentang kiprah Chopra dalam tulisan David van Biema, "Emperor of the Soul," TIME (June 24, 1996) 44-48.

  • Gustavo Gutierrez, The Theology of Liberation (Maryknoll, NY: Orbis, 1988) dan The Power of the Poor History (Maryknoll, NY: Orbis, 1983).

  • Kazoh Kitamori, Theology of the Pain of God (London: t.p., 1966)

  • Kim Yong Bock, ed., Minjung Theology: People as the Subjects of History (Singapore: t.p., 1981)

  • A Theology for the Social Gospel (Nashville: Abingdon, 1987)

  • Tim Stafford, "Testing the Wine from John Wimber�s Vineyard," Christianity Today (August 8, 1986) 17-22. Untuk melihat kritik yang cukup mendalam tentang Vineyard Movement, lih. D.A. Carson, "The Purpose of Signs and Wonders in the New Testament" dalam Power Religion: The Selling out of the Evangelical Church? (ed. M. S. Horton; Chicago: Moody, 1992) 110-117.

  • Journal of the Evangelical Theological Society 45/3 (September 2002) 451-472

  • Ibid. 456

  • Ibid. 454. Scott Hahn bersama istrinya Kimberly menulis buku yang berjudul Rome Sweet Home: Our Journey to Catholicism (San Fransisco: Ignatius, 1993). Marcus Grodi juga menulis buku yang judulnya mirip, Journeys Home: The Journeys of Protestant Clergy and Laity Coming Here to the Catholic Church and the Coming Home Network International, a Lay Ministry Committed to Helping Them (Goleta, CA: Queenship, 1997); dikutip dari data McKnight (ibid).

  • Ibid. 460

  • Ibid. [huruf tegak dari saya].

  • Lih. Colin Brown, Miracles and the Critical Mind (Grand Rapids: Eerdmans, 1984) 33.

  • Ibid. 36.

  • Ibid. 118-121.

  • Ibid. 243

  • John P. Newport ketika membahas ayat 2 Korintus 11:14 mengatakan: "It was not to the political subversives, prostitutes, social outcasts and dishonest businessmen, but to the moral, law-abiding Pharisees that Jesus spoke of 'your father the devil' (John 8:44). Perhaps, today, Satan and the demonic forces are also at work where people allow their own morality, respectability and law-abiding piety to become more important than the needs of their fellowmen" ("Satan and Demons: A Theological Perspective" dalam Demon Possession [ed. J.W. Montgomery; Minneeapolis: Bethany, 1976] 332).

  • Ayat-ayat lainnya mis: Ul. 18:20-22; Yer. 14:13-16; Mat. 7:15-23; Luk. 11:39-52; 2Tim. 3:1-9; Tit.3:10-11; 2Ptr. 2:1-22; Yud. 4-19

  • Kata-kata peringatan dari Charles Hodge berikut ini pun patut kita simak dengan baik: "It is the duty of Christians to be constantly watchful over the peace and purity of the church, and not to allow those who cause divisions and scandals, by departing from true doctrines, to pursue their course unnoticed (Commentary on the Epistle to the Romans [Grand Rapids: Eerdmans, 1972] 454).